33. healing time

780 91 73
                                    

Setelah berpamitan dengan Yusuf, Lala benar-benar pergi dari rumah dengan mengendarai mobilnya, mobil itu terus berjalan membelah jalanan kota yang tampak senggang, sampai pada akhirnya mobil itu berhenti di parkiran pemakaman

Setelah turun dari mobil dan menguncinya, ia berjalan menyusuri area pemakaman yang tampak sepi itu, hanya ada dirinya dan beberapa penjaga makam yang terlihat sedang membersihkan makam-makam.

Berjongkok disebelah pusara dengan nisan bertuliskan Bara Nalendra, kedua sudut bibirnya terangkat sembari mengusap ukiran nisan.

"Assalamualaikum, Bara"

Lala menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya, ia paling lemah jika berhubungan dengan sahabatnya yang satu ini.

"maaf ya, karena Ahlaa jarang dateng kesini, tapi, sekalinya dateng malah pas ada masalah. Ahlaa tau kok, diatas sana Bara pasti lagi liatin Ahlaa" Lala mendongak, langit hampir gelap namun entah mengapa di matanya Langit itu terlihat, cantik(?)

"rasanya, Ahlaa mau disini aja, temenin Bara. Ahlaa mau kasih hukuman sama Gavin, karena dia udah berani bohong. Bara tau kan, kalau Ahlaa paling nggak suka dibohongin?"

Lala menghela nafasnya, "please, kali ini Bara nggak boleh marah ya? Ahlaa cuma mau pergi sebentar, nggak akan lama kok. Hanya sampai Ahlaa merasa baik aja, habis itu Ahlaa pulang, janji deh!" bibirnya tersenyum menatap nama yang terukir di nisan tersebut

Setelah mengusap nya, Lala tampak berdiri dan kembali tersenyum. "kalau begitu, Ahlaa pamit. Sampai ketemu lagi, assalamualaikum"

Langkah kakinya kembali kearah parkiran, masuk kedalam mobil dan memasang sitbealt-nya, menghela nafas kemudian meyakinkan dirinya atas apa yang telah ia pikirkan tadi.

Mobil yang dikendarainya kembali berjalan meninggalkan area pemakaman, "untuk kali ini, gue bakal egois sedikit aja" gumamnya

"poor bitch!"

Di tengah-tengah perjalanan, Lala memberhentikan mobilnya di sebuah toko ponsel untuk membeli ponsel yang baru, sebab ponsel yang dipakainya saat ini akan ia nonaktifkan selama masa healing nya.

Ia memilih Bandung sebagai tempat nya beristirahat, menyusuri jalanan desa dengan tenang walau hari sudah malam.

Kebetulan, ia memiliki kenalan yang memang timggal di desa ini, saat sampai di halaman rumah kenalannya tersebut, Lala melangkah turun dan mengetuk pintu rumahnya

Tak selang beberapa lama, pintu terbuka dan menunjukan raut wajah terkejut dari seorang perempuan dengan daster berwarna ungu motif angsa nya.

"Lala?!"

Lala tersenyum lebar dan melambaikan tangannya, perempuan tersebut memeluknya dengan erat. "yaampun, kangen!" serunya.

"sama"

"ayo, masuk!" ujarnya yang menarik Lala untuk masuk kedalam rumah yang tampak sederhana namun sangat nyaman.

"sok, duduk dulu. Aku buatin minum" titahnya.

Lala menurut, ia duduk di salah satu kursi kayu yang terlihat khas itu. Memperhatikan beberapa pajangan dirumah sederhana itu.

"nih, diminum dulu!"

"makasih"

Perempuan itu adalah Tata, temannya saat kuliah di Kanada dulu dengan Lia, Tata menetap di Bandung setelah lulus dan untungnya mereka tidak lost contact.

"sorry banget ya, Ta. Gue dateng dadakan gini"

Perempuan yang dipanggil Tata itu tersenyum lebar, "gue seneng banget malahan, La. Jujur!" jelasnya.

You're My Missing Puzzle Piece ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang