Waktu bergulir begitu saja, Lala sudah menyelesaikan masalahnya dengan Indri, sejak hari itu ia tak lagi menampakan dirinya, entahlah kita tunggu kabar baik nya saja
Biarpun, masalah itu selesai, masalah lain pun datang menghampiri pasutri Lala dan Gavin, namun keduanya tetap saling menggenggam agar tembok yang dibangun keduanya tetap kokoh.
Tahun demi tahun dilewati keduanya dengan penuh suka dan duka, kini Nio yang saat itu masih menjadi bayi yang gembul kini tumbuh menjadi anak kecil yang menggemaskan, begitu pula dengan Anshel yang semakin dewasa pemikirannya.
Lagi-lagi kejutan menghampiri nya, Lia, kaka perempuannya itu kini tengah mengandung anak kedua nya setelah Piaa.
Terkejut? Sangat-amat terkejut. Siapa yang tidak terkejut, pamit pulang ke Jerman, pas balik malah berbola itu perut.
Seperti saat ini, Lala tengah merajuk pada Lia. Keduanya tengah bertemu di coffe shop dan Lala malah merajuk.
"duh, Sya. Jangan gitu dong, masa iya masih mau ngambek si?" bujuknya.
Lala berdecak malas, "ya, lagian. Elo nya sih, emang gue nggak sepenting itu yah? Sampe kabar bahagia kayak gini aja gue nggak dikasih tau,"
"nggak gitu, Sya. Kemarin-kemarin kan Lo sibuk ngurusin segala macem, gue nggak mungkin ganggu Lo."
"fix, tas keluaran terbaru, sepatu keluaran terbaru, sama baju di butik langganan. Deal?," kata Lia yang berusaha untuk menyogok adiknya itu.
"okey, gue maafin"
"miskin aja gue, punya adek kayak Lo" gumamnya
"nggak usah gerutu, ikhlas nggak?,"
"astaga, ikhlas, Sya."
"good, yuk—eh, Lo yang bayar deh kopi nya. Gue tunggu depan, thankyou kakak ku sayang."
Sepeninggalnya Lala, Lia menghela nafasnya kemudian mengusap-usap perut nya. "untung mami kaya, ya nak? Untuk belanjain onty mu mah, masih cukup kayaknya."
——
"Hiks.. Hua!! Buna!!"
Lala yang baru saja memasuki kamar anak keduanya itu pun dibuat bingung, karena anak nya itu menangis kencang sembari memeluk kaki nya.
Lala berjongkok, mensejajarkan tinggi nya dengan Nio. Mengusap air mata bocah berusia tiga tahun itu dengan sangat lembut. "kenapa sayang, hm?"
"hiks, buna inggih. Nio nda 'da temen"
((buna pergi. Nio nggak ada temen))"cup-cup, anak nya buna. Kan ada ayah,"
"nda maw ma yayah"
((nggak mau sama ayah))Lala memutuskan untuk menggendong putra nya itu, satu tangannya ia gunakan untuk mengusap surai hitam si sulung—Anshel yang tengah tersenyum lebar.
"kakak yang hebat! Terima kasih sudah menjaga adiknya dengan baik,"
"Anshel doang yang dipuji? Aku enggak?,"
Lala merotasikan bola matanya, "iri aja sama anak, heran."
"QUEEN, ANYBODY HERE? HELLO!,"
"astaghfirullah, orang gila nyasar dari mana itu," gumam Lala yang masih didengar oleh Gavin
"sssst, begitu juga dia abang mu tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Missing Puzzle Piece END
RomanceSEQUEL OF AQUEENESYA *** "percayalah, bahwa skenario Tuhan jauh lebih indah dari yang kita harapkan" -Gavino Fadly Alamsyah. /// "Terima kasih Tuhan, atas karunia-Mu. Dan terima kasih telah meng-anugerahkan 3 malaikat kecil untuk kami" -Syahla Aquee...