"Buna?," Lala yang tengah menyelesaikan beberapa pekerjaannya melalu i-pad, lantas melongokan kepalanya begitu si anak sulung mengintip dari celah pintu kamar yang memang sengaja di buka sedikit.
"kenapa sayang, sini masuk!"titahnya. Ibu dari tiga anak itu lantas menyimpan i-pad nya dan memilih fokus pada si sulung.
"are u busy?," tanya Anshel hati-hati, Lala terkekeh kecil nendengarnya.
"enggak, sayang. Sini duduknya deketan" Lala menarik tangan Anshel agar anak itu duduk lebih dekat dengannya.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Anshel lantas memeluk tubuh sang ibu dengan erat. " i wanna tell u something bout me." Anshel mendongakan kepalanya agar bisa menatap langsung netra cantik sang ibunda.
"what?,"
"Anshel capek, banget malah" Lala paham. Arti dari capek itu luas dan ia paham sekali akan kemana arah pembicaraan dari putra sulungnya ini.
"Anshel capek harus terus nge-iyain sesuatu yang bahkan Anshel sendiri gak tau mampu atau enggak, Anshel sekarang harus apa?, semua udah terlanjur, bunaa" Anshel lantas menyembunyikan wajahnya di dada sang buna, anak itu menangis.
"okey, kakak boleh nangis dulu, nanti ceritanya dilanjut" Lala mengusap surai hitam legam putra sulungnya dengan penuh kasih, yang membuat Anshel semakin nyaman berada di pelukan sang ibunda tercinta.
Anshel mengurai pelukannya, jelas ia masih terisak dan hal itu membuat Lala dengan cepat menghapus air mata si sulung yang membasahi pipi yang sedikit chubby itu.
"sekarang, buna boleh tanya dulu apa permasalahannya?," tutur katanya begitu lembut sehingga membuat Anshel luluh dan mengangguk perlahan.
"guru matematika Anshel minta Anshel buat ikut olimpiade minggu depan, sedangkan minggu depan Anshel ada ujian sekolah, terus pas Anshel mau batalin kata gurunya gak boleh"
Flashback on
"permisi bu?," Anshel membuka pintu ruangan khusus guru matematika. Langkahnya takut-takut untuk menghampiri guru wanita yang usianya hampir menginjak 50 tahun itu.
"ya, masuk!"
"mohon maaf sebelumnya kalau saya menganggu, saya ingin membatalkan olimpiade minggu depan, karena saya harus fokus ujian sekolah, Bu."
"Lho, dari awal 'kan kamu sudah bilang iya, lagipula olimpiade ini diadakannya siang hari sehabis jam makan siang. Ujian sekolah pun sudah selesai kalau jam segitu, lalu alasan apa lagi? Kamu mau tidak ibu luluskan?, ini demi nilai kamu lho, demi nama baik sekolah, apa kamu tidak mau membanggakan sekolah?,"
"bukan begitu maksud saya, Bu. Hanya saja, saya takut tidak maksimal dan justru membuat sekolah kita kalah."
"ya, kamu harus maksimal. Bagaimana itu, terserah kamu. Ibu sudah mendaftarkan nama kamu untuk olimpiade minggu depan, jadi sudah tidak bisa di ganggu gugat."
"begitu ya, Bu?"
"ya iya, kamu ini ada-ada saja. Sekarang, kamu kembali ke kelas, sampai di rumah langsung pelajari materi yang saya kasih kemarin. Usahakan maksimal ya, demi sekolah!"
"b-baik, Bu. Kalau begitu, saya permisi."
Flashback off
"Anshel bingung"
"coba, inget gak buna pernah bilang apa sama kakak?," Anshel tampak diam dan berpikir, begitu ingat anak itu lantas menunduk.
"maaf, buna"cicitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Missing Puzzle Piece END
RomanceSEQUEL OF AQUEENESYA *** "percayalah, bahwa skenario Tuhan jauh lebih indah dari yang kita harapkan" -Gavino Fadly Alamsyah. /// "Terima kasih Tuhan, atas karunia-Mu. Dan terima kasih telah meng-anugerahkan 3 malaikat kecil untuk kami" -Syahla Aquee...