hei cantik dan tampan, vote dulu yu. dan komen waktu baca chapter ini, posisi kamu lagi apa?
aku sih lagi rebahan as always💅
"Mau masuk dulu?" Kataku sambil melepaskan helm. Tadi sepulang sekolah, Para mengajakku nonton film di bioskop. Tumbenan banget. Padahal (sepenelitianku) dia orangnya engga suka pergi ke luar. Alias orang rumahan! Kecuali ke tokonya sih. Jadi, sewaktu tadi, dia tiba-tiba mengajakku nonton. Aku jelas kaget. Tapi, ya jabanin juga lah. Mumpung aku juga pengin nonton film terbaru yang kutunggu-tunggu (dan belum terlaksana karena engga ada uang). Nah, selepas kami menonton, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Kami bergegas untuk salat di basemen mall dulu, sebelum pulang. Dan sekarang ketika kami tiba di rumahku, waktu sudah menunjukkan jam untuk salat Isha. Jadi, aku menawarkannya masuk, apakah dia ingin salat dulu gitu.
"Salat di sini?" Kataku menegaskan maksud perkataanku barusan.
Para menoleh ke rumahku. "Oh. Oke."
Kami lalu berjalan menuju rumahku. Tapi ketika aku mencoba membuka pintu, ternyata terkunci. Ini orang rumah sudah tidur? Engga mungkin dong? Ini baru jam tujuh kok!
"Kenapa?"
"Bentar." Aku mencoba lagi membuka pintu sambil mengetuk-ngetuk untuk dibukakan, tapi nihil. Pintu tidak kunjung terbuka. Aku lalu mengambil ponselku dan menelepon Bu Dewinta.
"Ibu!" Seruku begitu sambungan terangkat. "Bukain pintu!"
Suara gemerisik terdengar di seberang sana, sebelum suara Bu Dewinta akhirnya terdengar. "Ibu sama yang lain lagi ke Mall. Itu kuncinya di tempat biasa ya, dek."
Aku melotot engga percaya. Tega banget ke Mall, aku engga diajak. Aku lalu menghembuskan napas sebal, "Yauda."
Dan memutuskan sambungan.
"Kenapa?" Kata Para.
"Engga apa," sahutku. Aku lalu berjalan ke arah pot bunga besar di samping pintu. Mengorek-oreknya hingga akhirnya mendapatkan kunci pintu rumahku.
"Kamu nyimpan kunci di situ?" Kata Para menatapku engga percaya.
"Iya. Kenapa?"
"Kamu engga takut maling?"
"Ya masa maling tahu tempat penyimpanan kunciku."
"Namanya maling, sebelum mencuri kan observasi dulu."
Aku mengendikkan bahu. Memutar kunciku, dan ketika akhirnya pintu rumah terbuka, aku menoleh ke Para. "Masuk."
"Keluarga kamu ke mana?" kata Para sambil melihat-lihat.
"Lagi ke luar."
"Oh."
"Nah. Itu kamar mandinya ok? Dan itu mushalanya," kataku. Aku lalu menunjuk kamar mandi dan mushala bergantian.
"Aku ke kamar dulu," kataku. "Kamu jangan pulang dulu sebelum aku turun."
"Kenapa?"
"Ya ... biar aku tau aja!"
"Oke."
Mendengar sahutannya, aku bergegas ke kamar. Menanggalkan satu per satu pakaianku di lantai kamar, sebelum menarik handuk dan pakaian ganti, lalu melangkah masuk menuju kamar mandi. Aku menghabiskan waktuku di kamar mandi untuk membersihkan diri serta menghilangkan lelah yang tadi menggelayutiku. Mencuci muka, mengosok gigi, keramas juga. Entah sudah berapa menit kuhabiskan di dalam sini. Aku engga melamakan rutinitas mandiku karena sadar kalau ada seseorang di rumah. Lagipula, mandiku memang engga pernah lama. Ketika sudah menuntaskan kegiatanku itu, aku bergegas mengeringkan badan dan memakai baju tidurku.
KAMU SEDANG MEMBACA
to be young and in love [end]
Fiksi RemajaCoba sekarang bayangkan. Kamu hidup sebagai cewek yang biasa aja. Bener-bener biasa aja, sumpah. Tugasmu simpel, cuma menarasikan opera sabun yang terjadi di kantin SMA Tribuwana. Dibintangi, Nirisha Moora, cewek yang cakepnya abis-abisan sampai bis...