ini prolog

134K 6.2K 137
                                    

"Para, masa kemarin Miu dijatuhin Ambar. Jadinya kan, aku dianter Ayah tadi."

"..."

"Oh ya, Para. Kamu bikin akun tiktok dong. Sini aku bikinin. Nanti aku mau belajar ngedance, kamu like, komen ya."

Setelah berujar demikian, diambilnya ponsel milik Para yang tergeletak di meja. Mengunduh aplikasi Tiktok, dan menfollow akunnya setelah sebelumnya, mendaftarkan laki-laki itu. Para hanya menoleh sekilas, dan memilih untuk fokus kembali ke makanannya. Sepiring mie goreng lengkap dengan telor ceploknya.

Aku melirik ke arah laki-laki bernama Para tersebut, menatapnya aneh hingga muncul kernyitan di dahi. Sumpah demi jigong Mas Danu (by the way, Mas Danu itu Abangku). Bhadra Parasara adalah kelainan. Spesien aneh, yang sangkin anehnya justru seperti api yang dikerubungi ngengat, alias fansnya banyaaaak banget.

"Para, jawab dong, 'Iya nanti aku komen sama like,' atau 'Mau dianter pulang nanti?' gituuu. Coba bilang."

Masa cewek seperti Nirisha Moora dicuekin begitu. Sinti-

"Mau dianter?"

ng. Aku melirik lagi ke arah pasangan Bhadra Parasara dan Nirisha Moora yang terkenal seantero sekolah itu untuk mendapati Nirisha yang sekarang sudah asik terlonjak-lonjak di samping meja kantin tempat Para duduk. Engga, kata terlonjak-lonjak kayaknya sedikit lebai. Maksudku tersenyum sumringah. Oke. Aku ralat, Bhadra Parasara enggak seaneh pikiranku, karena dia masih merespon Nirisha yang cantiknya bikin pusing itu. Aku aja demen banget liatnya.

"Nirisha lenjeh banget najis. Ya engga sih, nyet?"

Aku melirik sinis ke Joan, sahabat sepergoblokanku dalam pelajaran eksakta.

"Apa?" Sahutnya lagi saat kedapatan melihat lirikanku.

Aku melengos. Malas membalas ucapan Joan, dan lebih memilih menghabiskan nasi goreng Bu Karti yang engga ada tandingannya.

"Oh ya, nyet. Besok UH Fisika, nanti gue nyontek lu aja, ya nyet?"

Tahan, cantik. Orang sabar, jerawatnya cepet kempes. Kataku di dalam hati, menyabarkan diri sendiri untuk engga mendamprat Joan.

"Conge lu ya nyet?"

"Nama gue Rumi Prabandani ya, Jo. Gue giling juga lo kalau manggil nyat-nyet-nyat-nyet lagi."

Aku melirik sadis pada Joan. Yang dilirik, hanya cengengesan tidak jelas.

"Emosi mulu lu, nyet."

Sumpaaah, aku enggak tahu kenapa bisa temenan sama Joan yang nyebelin banget. Pingin aku lepehin, tapi takut engga ada yang mungut sangkin goblok dan nyebelinnya. Tapi, engga dilepehin, ngelunjak begini. Bagus-bagus, Bu Dewinta menamaiku Rumi Prabandani. Rumi nyomot dari Jalaludin Rumi. Katanya sih, Bu Dewinta suka banget sama karyanya Jalaludin Rumi. Enggak percaya juga sih aku. Oke. Kalau Prabandaninya, aku enggak tahu. Menanya Bu Dewinta, tapi katanya cuma ambil asal. Huh. Waktu ake cek di mesin pencari sih artinya berbakat, cerdas, dan amat kreatif. Yang bohooooong banget! Boro-boro begitu, aku saja sudah dapat nilai KKM sudah elus dada. Haha.

Rumi Prabandani. Bagus kan? Bagus doooong.

Nah, si Joan ini tahu-tahu memanggilku nyat-nyet yang kalian tahulah, kepanjangannya dari kata monyet. Meski kata Mas Danu, mukaku kaya monyet karena jerawat segede biji kedelai berserakan engga tahu tempat (aku gatau skincare ceritanya), tapi aku tetap engga terima. Hih. Nyebelin. Jadi, seperti itu ceritanya. Namaku Rumi Prabandani, kelas 11 IPA 5, punya sahabat bernama Joan Ameela. Kami berdua cuma tokoh engga penting di SMA Tribuwana ini (jangan hiraukan kami), karena tokoh pentingnya ya berdua itu. Bhadra Parasara dan Nirisha Moora yang sekarang sedang berjalan keluar dari kantin.

Start: Oktober 2020.

P.S Jangan lupa vote dan komen! Jangan jadi silent reader please ya luvs. Happy reading. Kalau menemukan typos or anything that feels odd, sangat dipersilahkan untuk dikomentari. 

Rumi Prabandani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumi Prabandani

Bhadra Parasara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bhadra Parasara

Bhadra Parasara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nirisha Moora

to be young and in love [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang