ini ketiga puluh

26K 3.2K 200
                                    

Lima ratus halaman. Kata-kata yang susah dicerna. Resensi minimal lima lembar. Deadline Jumat. Keempatnya bersatu untuk menghancurkan sel otakku yang masih bersisa. Penyebabnya? Siapa lagi kalau bukan Max Havelaar. Aku melototi kata demi kata. Droogstoppel. Makelar kopi Last & Co. Asisten Residen Lebak Banten. Ya ... bla bla bla. Aku memijit keningku yang sudah mulai menegang, pusing.

TING

TING

Bunyi notifikasi masuk. Aku melirik ponsel yang tergeletak di meja, melihat ada pesan Whatsapp dari nomor baru. Aku lalu mengambilnya, memasukkan password, dan membuka pesan itu.

08xxxxxx90

Hi, Kak Rum.
Ini Reihan. Reihan dari ekskul Jurnalistik.

Aku mengernyit. Melihat fotonya. Okei. Itu Reihan yang aku kenal. Setelah menimbang beberapa saat, aku membalasnya.

Rumi Praba

Hi, Rei. Ada apa ya?

Selang beberapa detik, pesan susulan dari Reihan masuk. By the way, aku sudah menyimpan nomornya barusan.

Reihan Jurnalistik

Itu. Saya boleh telepon?

HAH? Aku melototi pesan itu, tapi memang begitu adanya. Engga berubah. Aku menggeleng. Ini orang apa-apaan? Kenal dekat aja engga (bahkan sudah engga berinteraksi lagi) eh tiba-tiba nongol minta teleponan? Aku mendiamkan pesan tersebut. Engga membalasnya. Bermenit-menit. Hingga pesan baru muncul.

Reihan Jurnalistik

Itu. Saya boleh telepon?

Maksud saya, mudah jelasinnya kalau lewat telepon, Kak Rum. Ini ada tugas gitu. Lewat chat jelasinnya susah.

Rumi Praba
Tugas apa? Engga bisa lewat chat beneran?

Reihan Jurnalistik

Tugas bahasa Inggris, Kak. Disuruh bikin biodata idola.

What? Maksudnya, aku idola dia gituuu? Aku meringis engga percaya. Dia itu ... sinting? Apa gunanya ngeidolain aku?

Reihan Jurnalistik

Please Kak?

Rumi Praba

Sekarang banget?

Reihan Jurnalistik

Iya, Kak. Besok dikumpulin soalnya.

Aku menimbang-nimbang. Tugasku aja belum selesai?

Rumi Praba

Lama engga? Aku ada tugas juga soalnya.

Reihan Jurnalistik

Sebentar doang kok Kak. Ini cuma beberapa pertanyaan.

Kalau aku menolak, kasihan juga. Tapi kalau aku menerima, nah seandainya dia macam-macam gimana? Ya matiin aja sih. Ribet banget. Blok sekalian. Bisik setan di kuping kiriku. Oke deh.

Rumi Praba

Yauda oke.

Selang beberapa detik, teleponnya masuk. Aku menghembuskan napas sebelum menerima panggilan suaranya itu.

to be young and in love [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang