double updateeee
Kepalaku bersandar pada meja, dengan jari-jari mengetuk-mengetuk sambil memandangi materi Kimia yang engga masuk-masuk ke dalam otak. Besok ulangan harian, tapi pukul sepuluh begini, aku bahkan masih engga paham apa-apa. Nasib jadi orang bodoh. Mau belajar semaleman engga akan masuk, karena konsepnya aja engga paham—di kelas waktu diterangi menolongo macam orang oon. Ditanya apakah paham, manggut-manggut aja. Padahal mah zonk.
"Ini CO kenapa tiba-tiba berubah jadi 2CO? Dari mananya??" Sungutku sambil melingkari dengan penuh dendam buku cetakku. "Ini lagi, kenapa entalpinya tiba-tiba berubah?"
Aku menghempaskan penuh kesal pulpenku. Mengambil ponsel dan menekan ruang chating antara aku dan Joan.
Rumi Praba
Jo, ajarin perubahan entalpi dong. Puyeng otak gue.
Kunyuk Joan
Otak lo sama gue sebelas dua belas. Lancarnya Cuma buat hepi-hepi doang.
Rumi Praba
Serius dong, Jo. Bu Pita kan serem abis. Ga bisa nyontek. Harus usaha sendiri. Tapi guenya aja gatau apa-apa 😩😩
Kunyuk Joan
Sama aja babi. Gue juga kaga tau apa-apa. Nonton yutub deh lu sana.
Rumi Praba
Aduh. Gimana dong ini?? Belajar tapi engga paham. Kalo nilainya nol gimana?
Kunyuk Joan
Sangtuy. Kayak engga pernah nol aja. WKWK
Aku memutar bola mata malas. Memasukkan ponselku ke dalam laci meja belajar—agar engga kedistraksi—aku lalu memfokuskan pada materi perubahan entalpi yang akan dijadikan ulangan harian besok. Mencari-cari pembahasan materinya di youtube, ataupun google (lewat laptop). Tambah bingung sih, tapi ya paham juga sedikit. Lumayan. Engga sia-sia begadang hingga pukul ... aku melirik jam di dinding yang mununjuk angka ... dua belas malam.
DRETTT
Aku melirik laciku yang di dalamnya terdapat ponselku yang bergetar. Mengeluarkannya, dan mendapati pesan Whatsapp masuk dari nomor asing.
0855xxxxxx96
Sudah tidur?
Alisku mengerut memandang pesan itu. Siapa lagi ini? Tengah malam, tiba-tiba tanya aneh begini. Orang salah kirimkah? Aku lalu mengecek foto profilnya. Ada gambarnya sih, tapi gelap dan kurang jelas. Aku lalu menekan lingkaran yang memuat gambar untuk melihat lebih jelas, tapi ... dasar jempolku yang sebesar gaban, bukannya menekan sekali agar gambar tersebut muncul, malah kepencet hingga di layar ponselku tertera sedang memanggil! Sial. Buru-buru aku menekan tombol merah untuk mengakhiri panggilan itu, tapi sayangnya sudah diangkat duluan oleh orang di sebelah sana. Shit.
"Kenapa?"
Aku mengerut ketika mendengar suara yang engga asing itu. Mengingat-ingat. Siapa ya? Apakah teman sekelas?
"Rumi?"
Sial. Itu Para! Suaranya sangat khas saat memanggil namaku. Ada penekanannya gitu, jadi sedikit ngebass.
"Jangan ditutup," katanya dari seberang sana. Tahu aja kalau aku ingin menutup obrolan. Yah, males dan engga tahu juga mau ngomong apa sih.
"Aku ... mau minta maaf untuk yang kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
to be young and in love [end]
Teen FictionCoba sekarang bayangkan. Kamu hidup sebagai cewek yang biasa aja. Bener-bener biasa aja, sumpah. Tugasmu simpel, cuma menarasikan opera sabun yang terjadi di kantin SMA Tribuwana. Dibintangi, Nirisha Moora, cewek yang cakepnya abis-abisan sampai bis...