ayo absen dulu kamu lagi ngapain sekarang. pasti lagi molor deh haha
enjoy btw. kl ada typo dikomen aja ya
Aku mengamati cewek itu, yang sekarang sedang cipika-cipiki dengan Para. Dress lucu. Wajah manis yang imut. Rambut ikal. Terlalu sempurna. Belum ketika dia mengumbar senyum, kulitas dua pasang lesung pipinya. Kok hidup engga adil ya?
"Sudah lama banget kita engga ngobrol ya Mas Bhadra?" Kata Karmila pada Para. Yang ditanya tersenyum. "Aku boleh gabung?"
Belum direspon, cewek itu sudah menempati bangku di samping Para. Dia lalu berbicara pada Para ... karena ya siapa lagi (dia bahkan seolah engga melihat wujudku ini!) "Kebetulan aku belum makan. Tolong yang kayak biasa ya Mas. Kamu tahu kan?"
Para mengangguk. Dia lalu memesankan seperti-yang-biasanya Karmila. Entah apa itu. Mungkin jangkrik goreng.
"Kamu lagi ngapain di sini?" Kata Para menoleh pada Karmila. Aku mengamati mereka berdua sambil menyendok bibimbapku banyak-banyak.
"Itu ada appointment sama pihak Food & Pastry," kata Karmila. "Buat ulang tahunku."
Para mengangguk-angguk. Dia lalu menoleh ke arahku. Baru sadar. Hih. "Oh! Kenalin ini ..."
"Mas Bhadra nanti dateng kan ke ulang tahunku?"
"Hm?" Para menoleh lagi pada Karmila.
"Nirisha aku titipin undangan ultahku untuk Mas. Disampaiin engga?"
Para mengerjap. "Oh ya."
"Malam minggu."
Karmila mendongak, menatap pramusaji yang mengantarkan makanannya. "Makasih." Dia menoleh lagi ke Para. "Mas masih inget makanan kesukaanku ternyata." Dan tersenyum.
"Kamu selalu pesan itu."
Karmila terkekeh. "Iya."
"Ekhm," dehemku. Para menatapku begitupun Karmila yang AKHIRNYA menyadari keberadaanku. "Udah malem ..."
"Ini apa?" kata Karmila menyerobot. Dia menunjuk kantong yang di dalamnya berisi hadiah untuknya. Fuck. Main serobot aja. Dikira kontainer apa?
"Itu titipan Mama," kata Para. Hei! Segala bohong lagi!
Karmila tersenyum. "Aku kira kado buatku."
Dih. Aku memutar bola mataku. Mengabaikan kedua orang itu, dan melanjutkan makanku dengan cepat.
"Nomor Mas masih yang lama atau sudah ganti?"
"Sudah ganti."
"Kenapa?"
"Ponselku hilang."
"Pantesan aku telepon engga pernah nyambung," kata Karmila. Dia melirikku sekilas. "Aku juga DM, Mas. Tapi aku paham, Mas engga pernah aktif main sosial media. Sampai akhir-akhir ini ..."
"Mungkin tertimbun."
Karmila manggut-manggut. Dia lalu menyodorkan ponselnya sambil berkata, "Boleh kasih nomor Mas yang baru?"
Para menatap ponsel itu beberapa detik, sebelum meraihnya dan memasukkan nomornya di sana. Aku memutar bola mataku malas, sambil menyendokkan sisa-sisa bibimbapku yang akan habis. Beberapa saat, diisi keheningan.
"Mau ke mana sih buru-buru gitu makannya? Kamu laper banget? Mau aku pesanin lagi?" Kata Para sambil mengusap kepalaku yang hampir menyentuh bowl. Aku mendongak sebal. Apa? Lagian dari tadi dicuekin mulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
to be young and in love [end]
Ficção AdolescenteCoba sekarang bayangkan. Kamu hidup sebagai cewek yang biasa aja. Bener-bener biasa aja, sumpah. Tugasmu simpel, cuma menarasikan opera sabun yang terjadi di kantin SMA Tribuwana. Dibintangi, Nirisha Moora, cewek yang cakepnya abis-abisan sampai bis...