wahh komennya naik ya chapter sebelumnya. makasih luvs. semoga masih betah🙃
happy reading. enjoy.Aku melenguh ketika merasakan suatu beban menimpa dadaku. Membuatku kepanasan dan susah bernapas. Belum dengan kakiku yang rasanya juga kebas karena terbelit. Masih memejamkan mata, aku menggerakkan benda yang mengangguku itu untuk menyingkir. Tanganku berusaha mendorongnya, tetapi tidak bisa. Justru tanganku menyentuh sesuatu seperti ... rambut? Atau bulu? Sejak kapan bantal gulingku berbulu atau berambut? Aku menelusuri benda itu, untuk merasakan sebuah ... telinga? Aku mengernyit dalam tidurku. Mana mungkin bantal gulingku punya telinga. Kucing 'kah? Tapi aku engga punya kucing.
Aku juga merasakan gerakan yang seirama dengan gerakan napasku. Seperti sesuatu yang menimpaku ini juga ikut bernapas. Tanganku makin bergerak menelusuri. Kali ini aku menemukan dua buah lubang yang berjejeran. Aku lantas menusuk dua lubang itu dengan jariku. Secara kencang. Membuat sesuatu itu mengerang kesakitan. Bersamaan dengan itu, akhirnya mataku yang terasa lengket terbuka. Dan langsung menunduk. Aku terbengong beberapa saat menatap sesuatu itu yang sedang bersender di dadaku. Sebelum sedetik setelahnya, aku menjerit dengan sangat kencang.
"AGGGRRRHHHHHH."
Aku menendangnya seketika. Membuat Para terguling dan akhirnya terjatuh di lantai. Aku melotot, masih sangat terkejut. Bayangkan saja, bangun-bangun ... ternyata ada cowok yang ikut tidur di kasur kamu? Dan kenapa dia bisa ada di sini??!!!
"MERDE!!!"
"Ngapain kamu di sini?" Pekikku sambil menatapnya. Para bangkit sambil meringis. Dia mengusap-usap lengannya yang mungkin aja terantuk lantai. Sebelum mendelik ke arahku. "Kamu pikir, kamu tidur di mana??"
Aku lantas menatap sekitarku. Meloading keadaan, sebelum kesadaran menyentakku dengan kuat kalau ternyata aku tidur di rumah Para!!!!
Shit. Shit. Shit.
Aku memejamkan mata sambil mengumpati diri sendiri berkali-kali. Bodoh banget sih kamu, Rumi! Lalu, apa itu tadi? Tidur seranjang dengan posisi ... begitu? Oh ... my ... god! Tolol. Goblok.
Setan di kuping kiriku berbisik, "Siapa suruh ketiduran."
Aku mendesis di dalam hati. Ya namanya ketiduran ya engga sengaja. Gue kan niatnya rebahan dikit, sambil nunggu nih anak pulang entah darimana.
Setan itu memutar bola matanya malas. Dia meniup tangannya yang dikutek sambil mendesis, "Udah paham dirinya pelor."
"Sudah sadar?"
Aku melihat kembali Para yang sekarang menatapku kesal, mungkin karena aku mengganggu tidurnya. Tapi, ya siapa suruh! Kalau aku memang ketiduran di kamarnya, kan dia bisa pakai kamar lain, atau tidur dengan Buwan kek, di sofa kek. Ngapain ikut tidur di sebelahku? Atau bahkan, kenapa dia engga membangunkanku gitulooooh??
"Aku kenapa engga dibangunin?"
Para bersedekap, "Menurut kamu, aku harus capek-capekin mulut untuk bangunin kebo kayak kamu?"
Aku mendelik. Aku lantas berkata, meskipun ragu, itu nyata atau mimpi. "Bukannya waktu kamu pulang dari beli ... obat. Aku masih bangun ya?"
Dia mengangkat bahunya acuh. Tunggu, itu memang mimpi?
"Terus, kenapa kamu tidur di sini??"
Para mengangkat sebelah alisnya. Sial. Hal itu justru membuatku salah fokus. Rambut berantakan, dengan wajah seperti itu, dan suara bangun tidurnya memang keterlaluan bahayanya. "Ini kamarku."
KAMU SEDANG MEMBACA
to be young and in love [end]
Novela JuvenilCoba sekarang bayangkan. Kamu hidup sebagai cewek yang biasa aja. Bener-bener biasa aja, sumpah. Tugasmu simpel, cuma menarasikan opera sabun yang terjadi di kantin SMA Tribuwana. Dibintangi, Nirisha Moora, cewek yang cakepnya abis-abisan sampai bis...