ini ketiga puluh enam

22.4K 2.7K 132
                                    

hii. happy new year buat kamu! (telat bgt asli haha gpp deh).

mogs tahun ini bisa jd tahun terbaik buat km ya amin.

finally update juga. siapa yang kangen dan nungguin?

luv buat kamu yg sabar haha


"Gimana?" Bisik Joan saat Pak Sadin sedang menerangkan di depan sana. Aku menggeleng, karena ya tiada penjelasan kudapatkan.

"Baik. Tugasnya coba dikumpulkan ya," kata Pak Sadin di depan sana. Beliau menoleh ke Jeno dan berkata, "Jeno, coba dikumpulin semua. Dijilid dulu, lalu taruh di meja saya ya."

"Baik, Pak," sahut Jeno. Dia mulai bergerak menghampiri satu per satu meja.

Aku mengeluarkan tugasku berupa kertas print out tugas resensiku. Saat menatap tugas itu, pikiranku melayang kembali ke Para serta kejadian tadi, ketika dia bersikap seperti menjaga jarak dan dingin padaku.

"Kenapa?"

Aku menggeleng. "Engga apa-apa," dan tersenyum. Aku lalu menyerahkan tugas itu ketika Jeno sampai di mejaku dan Joan.

"Tadi lu emang engga tanya-tanya sama Kak Para?" Tanya Joan sambil menarikku menuju kantin. Aku menoleh, "Tanya. Tapi engga dijawab."

"Ohhh."

Aku menoleh ke segala penjuru sesampainya di kantin, tapi engga mendapati Para ataupun Reihan. Malahan aku mendapati tatapan menghujam dari anak-anak. Tapi, segera kuabaikan. Kulihat sekilas, Nirisha juga memperhatikanku.

"Engga usah digubris," sahut Joan sambil menyuap makanannya. Aku menggeleng, lagipula memang aku engga memperdulikan mereka. Fokusku hanya pada dua orang yang engga kulihat batang hidungnya. Kemana mereka?

Aku mengecek ponselku, membuka ruang obrolan antara aku dan Para. Tidak ada pesan baru. Tetapi begitu mendapati keterangan online di bawah namanya, aku menggigit bibir pelan. Memikirkan apakah aku harus mengirimnya pesan?

Kirim pesan? Tidak? Kirim pesan? Tidak?

Tetapi, jangankan mengirim pesan, dan mengharapkan untuk dijawab. Tadi saat bertanya secara langsung aja, aku diketusin.

Ketikan: Bisa kita bertemu sepulang sekolah? yang baru kuketik dan belum terkirim, akhirnya kuhapus kembali, menyisakan ruang kosong. Aku lalu menutup obrolan itu. Setelahnya mendongak, "Bagi nomor Reihan dong Jo?"

Joan mengangkat alisnya, "Bukannya lu udah punya?"

Aku meringis, "Ga sengaja kehapus."

"Mau ngapain emang?"

"Ya tanya aja," kataku. Ya. Aku mau tanya. Pertanyaan yang sama. Joan menelisikku, "Entar Kak Para marah?"

"Engga akan. Udah sini," kataku.

"Belum puas ya lo bikin Para diskors tiga hari? Bahkan hari ini dipaksa pulang?"

Aku mengangkat pandanganku dari ponsel ke ... Nirisha yang sekarang berdiri bersedekap. Dia menatapku sinis, sebelum mendengus. Dia menyibak rambutnya ke belakang. Masih menatapku judes.

"Hah?" Kataku engga mengerti.

"Hah heh hah heh. Sok kecakepan banget ya lo? Pasti seneng banget dong direbutin Para dan siapa tuh," kata Nirisha.

Aku mengernyit bingung, "Belum tentu mereka berantem karena saya."

Nirisha meniru ucapanku, "Belum tentu mereka berantem karena saya my ass."

to be young and in love [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang