ini keduabelas

34K 3.9K 96
                                    

"Rumi, Ibu nebeng ya."

Begitu kata Bu Dewinta begitu aku turun dari lantai dua, bersiap akan berangkat sekolah di hari Kamis ini. Pandanganku menelisik ke arah Bu Dewinta.

"Mau ke mana?"

"Drop Ibu di pasar aja. Ibu mau beli bahan makanan. Di kulkas udah habis semua."

"Oke," sahutku sambil menyendok nasi goreng buatan Bu Dewinta ke piringku.

"Tumbenan masak, Bu?"

"Iya, ngabisin bahan di kulkas."

Aku mengangguk-angguk. Sebelum menyadari artinya aku makan bahan sisaan.

Bodo amat deh, enak ini.

Aku sudah pernah bilang bukan? Kalau Bu Dewinta itu paling engga mood masak di pagi hari, katanya males bangun cepet-cepet. Masih mengantuk. Jadinya ya setiap pagi aku harus jalan beberapa meter untuk membeli sarapan setiap pagi. Huh. Padahal biar aku kasih tau ya, Bu Dewinta ini sebenarnya suka memasak. Apalagi untuk makanan-makanan ringan. Makanya tuh toples di rumah engga pernah kosong.

"O ya, Bu. Nanti aku nitip jajan pasar kayak biasa ya, Bu. Sekalian es dawet."

"Hm."

***

"Ayo, gaiiiis. Ke lapangan indoor lagi," teriak Jeno di depan kelas.

Aku melangkah lesu, olahraga di hari pertama menstruasi itu rasanya... sedeeeeep abis! Sangkin sedepnya aku pengen pura-pura pingsan aja! Bayangin aja deh, kamu sesama perempuan. Perut sakit banget, harus gerak ke sana-sini, dan ini hari pertama yang menandakan... akan datang banyak. If you know what i mean. Padahal tadi di rumah, engga sesakit ini.

Rasanya aku pengen menyumbangkan uterusku ini ke orang aja! Sumpah sakit banget siiiiis! Rasa-rasanya tuh organ-organ dalam di tubuhku ini sedang bertubrukan satu sama lain. Engga tau deh, pokoknya begitu. Maaf, aku bukan ahli biologi. Kuremas-remas perutku pelan. Mengerut jengkel pada anak cowok kelasku yang melangkah di depanku, sedang berseteru dengan suara kencang. Belum lagi Cika dan Sintia yang jejeritan di belakangku. Memang ya... apa-apa kalau sedang menstruasi bawaannya jengkel abis. Bahkan untuk hal sepele sekalipun.

"Hari ini ngapain Jen?"

"Belajar shooting."

"Apaan tuh?"

"Si goblok. Nembak anjir."

"Ya selo dong babi."

"Bokep mulu sih."

"Kayak lo engga demen bokepan aja."

"Ih... Ih. Ya ampun. Kita bakal samping-sampingan lagi dong sama kelasnya Kak Para."

"Ih excited banget gue, Sin."

Berisik.

"Oi," seru Joan sambil menubruk bahuku. Aku mendesis pelan.

"Napa lu?"

"Mens."

Joan mengangguk-angguk. "Ke UKS aja sana. Muka lu pucet banget kek mayit."

Aku memutar bola mataku. Monyet.

"Emang boleh? Abis olahraga kan UH Matematika wajib."

"Ya... madol olahraga aja dong cantik. Entar lu balik kelas pas UHnya."

Aku mengerucut. Maunya padahal di UKS sampai jam pulang. Tidur tenang seharian, engga perlu mikir-mikir yang bikin pusing. Tapi apa daya, ada ulangan harian matematika wajib.

"Temenin dong, Jo. Ngomong sama Pak Erfinya. Takut gue. Hehehe."

Joan memutar bola matanya malas. "Ayo. Gue yang ngucap salam, lu yang bilang izinnya."

"Ya kok gitu Jo? Sekalian aja sih lo semua."

"Ogah. Orang lu yang mau bolos."

Di antara ketiga guru olahraga, Pak Erfi memang yang paling galak dan sadis. Aku pernah dengar rumornya nih... dia pernah hampir melempar murid pakai bola karena murid itu engga becus-becus masukin bola basket ke dalam ring! Sadis banget kan? Walaupun cuma rumor, ya tetap aja bikin takut. Apalagi perawakan Pak Erfi tuh memang sangar. Setelah takut-takut aku meminta izin ke UKS dengan suara mencicit seperti tikus pada Pak Erfi, akhirnya aku bisa terbebas dari pelajaran yang membutuhkan aktivitas fisik itu. Aku engga dapat membayangkan kalau aku nekat ikut olahraga di keadaan perut sedang sakit seperti sekarang. Bisa pingsan beneran!

Sesampainya di UKS, aku melepaskan sepatuku, dan mengangguk pelan ke pada mbak-mbak penjaga UKS.

"Kenapa dek?"

"Perut saya sakit, Mbak."

"Maag?"

Aku menggeleng. "Menstruasi."

"Dikasih minyak kayu putih, nih."

"Terima kasih, mbak," aku mengambil minyak yang disodorkannya. Membaluri perutku hingga merasa hangat. Setelahnya ku kembalikan. "Saya numpang tidur ya, mbak."

"Ini perlu dibuatin surat izin engga?"

"Engga usah, mbak. Saya tadi sudah izin sama Pak gurunya."

"O yauda. Sana istirahat."

Aku mengangguk, melangkah masuk, dan mendapati ranjang-ranjang UKS masih kosong dan rapi. Lagian apa yang aku harapkan? Ini masih pagi, engga mungkin ada yang udah sakit jam segini. Well, kecuali aku sih. Aku lalu beranjak naik ke kasur, menyelerek horden pembatas, dan menyetel alarm agar aku tidak kelewatan jam Bu Jelina (dia guru matematika wajibku).

"Dek, mau saya belikan kiranti atau teh hangat?"

Aku membuka mataku ketika sebuah suara terdengar dari luar. Itu mbak penjaga UKS.

"Engga usah, Mbak. Saya tidur sebentar, sakitnya ilang kok."

"Oke deh."

Aku kembali memejamkan mata. Menutup mataku dengan lengan. Ketika merasa engga nyaman, karena ini bukan kasurku dan engga memberikan privasi, yang kulakukan selanjutnya adalah mulai membuat skenario di pikiranku. Seperti yang biasa kulakukan di kamarku. Skenario yang biasa aku buat juga ketika malam ingin beranjak tidur. Skenario yang menggambarkan Rumi Prabandani adalah putri di suatu kerajaan. Memiliki sihir paling berbahaya di semesta khayalanku itu. Sayangnya, aku adalah putri dengan tabiat yang menjengkelkan, membuatku lantas dibenci oleh semua orang. Hingga akhirnya ...

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Lima menit.

Lima belas menit.

Tiga puluh menit.

Aku sudah merasakan kenyamanan. Kelembutan kasur dan bantal memelukku lebih dalam. Mimpi-mimpi yang kukarang menjadi kian jelas. Aku hampir terjun ke semesta mimpiku, meskipun sayup-sayup masih dapat kudengar suara orang yang berbisik pelan.

"...Iya."

"Titip..."

"...perlu."

"...kembali."

"...baik."

Aku melenguh panjang, kebiasaanku ketika merasa nyaman saat bersentuhan dengan empuknya kasur dan bantal. Apalagi ketika kurasakan perutku diberi pijatan pelan dan rasa hangat yang meminimalisasi sakit di perutku ini. Terasa sangat nyaman. Ugh. Aku kembali melenguh panjang, sembari memundurkan tubuhku. Di bawah alam sadarku, aku tersenyum, dan melenguh sekali lagi. 

hiii, alhamdulillah bisa update. dikit ga papa ya. aku lagi UTS, sibuk banget. chapter selanjutnya engga tahu kapan huhu semoga secepatnya.

jangan lupa vote dan komen😘😘😘

gimana chapter hari ini gaisss?

to be young and in love [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang