20

3.4K 163 0
                                    

Rindu itu kesunyian yang sudah lama menjamah relung hati. Rindu berwujud tak kasat mata. Dan Rindu adalah pembunuh yang ahli tanpa berencana.

🍀🍀🍀🍀🍀

Tepat saat semua persiapan telah siap untuk keberangkatan mereka menuju Pondok Pesantren tempat Adam menimba ilmu, mendadak di keesokan paginya Nayra mengalami mual- mual serta lemas secara bersamaan, mengakibatkan dirinya yang tidak kuat untuk berpergian jauh.

" Mas Adam berangkat saja, Naya akan baik-baik saja nanti selama kepergian Mas." Ujar Nayra sekian kalinya untuk memantapkan Adam agar pergi tanpa dirinya.

" Tidak Ra, kamu sedang sakit, kita bisa sewaktu-waktu berkunjung disana, Mas tidak mungkin meninggalkan mu yang sedang sakit sendiri dirumah." Ujar Adam menolak sekian kalinya juga, memberi pengertian pada Nayra.

" Masih ada Bi Tyas dan Pak Ali, Naya tidak sendirian Mas." Ucap Nayra.

" Kyai Mas sedang sakit parah dan menginginkan agar Mas mau menjenguknya, jangan sampai Mas menyesal dikemudian hari, kita tidak ada yang tahu apa yang terjadi kedepannya." Lanjut Nayra menggenggam jemari yang terasa besar bagi Nayra yang memiliki jemari lebih kecil dibandingkan Adam.

Adam terdiam dengan kebimbangannya tepatnya kemarin Guru besarnya menelfon dirinya dan memberi kabar bahwa Kyai sedang sakit dan ingin bertemu dengannya. Di satu sisi dirinya diminta oleh Guru Besarnya untuk menjenguk Kyai yang sedang sakit parah namun disisi lainya Adam tidak mungkin meninggalkan Nayra yang sedang sakit.

" Assalamu'alaikum." Salam seseorang dari balik pintu kamar Nayra dan juga Adam.

Nayra dan Adam saling bertatap satu sama lain, sebelum Adam beranjak untuk membukakan pintu kamarnya. Dibalik pintu kamar berdirilah Alif Adik Nayra dengan senyuman ramahnya.

" Wa'alaikumussalam, Alif?" Sapa Adam.

Alif mengambil tangan kanan Adam untuk mencium punggung tangannya. Alif dan Adam masuk kedalam kamar disambut dengan senyuman sumringah Nayra.

" Pagi Mas, Mba." Sapa Alif.

Adam mengangguk.

" Kamu sudah sarapan Lif?" Tanya Adam berbasa-basinya.

" Alhamdulillah sudah Mas." Jawab Alif.

" Sekarang Ada Alif Yang akan menjaga Naya, Mas tidak perlu khawatir lagi." Ujar Nayra.

Adam terdiam ditempatnya untuk kembali dalam kebimbangan dirinya.

" Iya Mas, Mba Naya sudah cerita ke Alif, kebetulan Alif sedang libur beberapa saat sebelum mendekati semesteran, jadi biar Alif yang akan menjaga dan menemani Mba Naya sewaktu Mas pergi." Jelas Alif.

Adam menghampiri Nayra yang masih terbaring diatas ranjang mereka, lantas mencium pucuk Kepala Nayra lama.

" Mas masih ragu meninggalkan kamu sendiri saat Mas pergi Ra." Ungkap Adam memeluk Nayra dari samping.

" Naya akan baik-baik saja, Ada Alif, Bi Tyas dan Pak Ali. Mungkin nanti Umi, Abi, Bunda dan Ayah akan menjenguk. Jadi Mas tidak perlu khawatir lagi." Ujar Nayra dengan senyuman lembutnya menatap wajah Sang suami.

" Hubungi Mas selalu, Beritahu Alif atau Bi Tyas jika kamu merasakan sakit." Ucap Adam.

Nayra mengangguk patuh kembali memeluk Adam suaminya, yang akan dirinya rindu kan saat Adam pergi nantinya. Bukan hal mudah baginya karena ini pertama kalinya Nayra harus terpisah oleh Sang Suami hingga beberapa hari kedepan.

"Mas akan secepatnya pulang. Alif, Mas minta tolong jika Naya sakit segeralah bawa kerumah sakit dan secepatnya Hubungi Mas." Ucap Adam pada Nayra dan juga Alif bergantian.

DEFINISI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang