27

3.2K 169 0
                                    

Diam ku hanya aku yang mengetahui artinya, sedangkan kamu hanya mampu menilainya tanpa mau bertanya.

🍀🍀🍀🍀🍀

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, Nayra dan Alif telah sampai dirumah Nayra dan juga Adam. Dengan lunglai Nayra bergegas memasuki rumahnya yang ternyata Orang tua serta Mertuanya juga berada di Rumahnya saat ini.

" Assalamu'alaikum." Salam Alif masuk dengan menarik koper yang berada di tangan kanannya.

Nayra tidak menyapa dan langsung berjalan cepat dengan menundukkan kepalanya karena tidak ingin melihat mereka tahu bahwa Nayra sedang menahan rasa tangisnya.

" Naya." Panggil Umi.

Naya terus berjalan hingga sampai di kamarnya dan mengunci pintu kamarnya begitu saja. Nayra meluruh dibelakang pintu kamar karena tidak kuasa menahan Air matanya. Isakkan tangis pelan keluar dari bibirnya.

" Alif, apa yang telah terjadi?" Tanya Abi saat melihat tingkah aneh Nayra.

Alif menghembuskan Nafas kasarnya, dan meminta agar semua untuk duduk terlebih dahulu. Alif mulai menceritakan apa yang telah terjadi saat mereka menyusul Adam di Pondok Pesantren. Semua diam dengan raut terkejut mereka saat mendengar penjelasan dari Alif.

" Naya...." Ucap Umi yang menyusul Nayra begitupun dengan Bunda.

Keduanya mulai membujuk Nayra untuk membukakan pintu, karena ke khawatiran mereka pada Nayra dan juga janin yang berada di kandungan Nayra.

"  Naya buka pintunya, ini Umi Naya." Ucap Umi membujuk.

" Nayra tolong buka pintunya Sayang." Timpal Bunda.

Tidak ada sahutan apapun dari Nayra, sedangkan didalam kamarnya Nayra berusaha untuk mengontrol tangisannya dan menghentikan isakan nya.

" Umi, Bunda.....Naya baik-baik saja. Naya hanya ingin beristirahat, kalian tidak perlu khawatir." Sahut Nayra dari balik pintu kamar yang tidak ingin Umi serta Bunda nya tahu keadaanya saat ini.

Sebisa mungkin Nayra menahan suaranya agar terlihat tidak terjadi apapun. Meskipun masih terdengar berdengung karena Nayra yang baru saja menangis.

" Tapi....." Ucap Umi menggantung.

" Umi, Naya hanya ingin sendiri." Ujar Nayra, Uminya lah yang selalu tahu tentang dirinya.

Ikatan Darah Nayra dan Umi membuat Nayra tidak bisa membohongi keadaannya. Uminya selalu tahu tentangnya, untuk itu sangat sulit agar Umi nya Percaya dengannya saat keadaan dirinya yang sedang terpuruk.

" Umi, Bunda biarkan Mba Naya menenangkan dirinya. Mba Naya hanya memerlukan waktu untuk menerima keadaannya saat ini." Ujar Alif menghampiri umi dan juga Bunda.

Ucapan Alif mampu membuat Umi dan Bunda mengerti lantas pergi meninggalkan kamar Nayra.

" Mba Naya, koper Mba Naya Alif letakkan di depan pintu kamar. Sekarang pukul 9 malam, Mba jangan mandi ingat kandungan Mba Naya. Alif pergi." Jelas Alif.

Alif tidak sepenuhnya pergi, justru Alif menyandarkan tubuhnya di samping pintu kamar Nayra dengan meletakkan tangannya di saku celana samping. Menunggu sang pemilik ruangan untuk keluar.

Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka, saat tangan Nayra ingin menarik kopernya, Alif menahan tangannya membuat Nayra terlonjak kaget. Alif dapat melihat kondisi Sang kakak yang jauh dari kata baik-baik saja membuat hatinya terasa sakit.

" Alif sudah memasukan beberapa buah serta makanan di dalam koper, Mba Naya Makanlah. Turunkan ego Mba Naya untuk keponakan Alif." Ujar Alif melenggang pergi meninggalkan Nayra.

DEFINISI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang