T U J U H

6.2K 200 0
                                    

CATT: SEBELUM BACA ADA BAIKNYA KALIAN VOTE DULU. DAN SAMBIL MEMBACA JANGAN LUPA KOMEN. KALAU ENGGA AUTHOR SUMPAHIN MATANYA BINTILAN SEUMUR HIDUP KARNA UDA NGINTIP KARYA ORANG :-)

.
.
.
“TAMPAKNYA kamu sangat bahagia sekali Zwe, aura wajahmu memancarkan cahaya. Mom senang akhirnya kau bisa nyaman bersama Evans”

Zwetta tersenyum terpaksa, “Mmm... Yahh, apa lagi yang bisa aku lakukan. Jika tidak mencoba nyaman aku jamin akan mendapat tamparan untuk kedua kalinya, bukan begitu Mom? ” ucapnya penuh sindiran keras untuk pria yang saat ini sedang menikmati secangkir kopi panas serta surat kabar di tempat yang tak jauh dari Zwetta.

Mata pria itu melirik tajam, “Jika bukan amarah, lirikan tajam, atau bentakan serta umpatan. Aku tidak pernah melihat kebaikannya selama ini” sambungnya dengan tatapan kosong seolah-olah dirinya tidak tau jika pria itu dapat mendengar seluruh ucapanya.

“Zwetta, jaga ucapanmu. Kau tidak bisa seperti ini terus” cegah Zenyta sebelum amarah pria itu kembali terpancing.

“Tidak ada yang perlu di jaga lagi, aku bahkan sudah sangat tidak nyaman tinggal seatap bersamanya!” tegasnya masih enggan beralih dari tatapan sebelumnya.

“Aku lelah...”

Lirihnya akhirnya, air matanya kembali ikut merasakan kesedihan saat bibirnya tidak bisa lagi mengungkapkan semua ekspresi hatinya.

Tangan Zenyta melayang di udara, ingin sekali menggapai tubuh kecil putrinya dan menguatkan rapuhnya. Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan, menatap putrinya itu dalam diam, ingin sekali membawa gadis itu kepelukannya tapi rasanya enggan. Hatinya tidak dapat menebak siapa yang harus dia bela, hingga akhirnya egonya memilih diam.

.
.
.

Coffee hangat kini menjadi teman yang tepat untuk menemani Zwetta melewati manisnya malam. Penuh bintang dan bulan yang tidak malu-malu menampilkan cahaya yang sangat cerah. Manis sekali walau belum bisa mengalahkan cahaya sang surya.

Beberapa kali Zwetta menggosokkan kedua tangannya mencoba agar membangun kehangatan dari terpaan angin yang membuat bulu kuduknya berdiri, dingin namun masih sangat nyaman untuk dinikmati.

Tin

Mata Gadis itu memicing saat cahaya mobil seseorang yang datang mendekat ke arahnya. Terlihat dua orang satpam membukakan gerbang tinggi nan megah itu dan mempersilahkan mobil hitam itu masuk tanpa kendala.

Dalam hati Zwetta bertanya-tanya apakah dia pernah melihat mobil itu sebelumnya?

Saat dirinya mulai memasuki alam pikirannya suara pintu mobil yang tertutup membuatnya tersentak. Manik matanya terhenti pada satu sasaran, seketika ada rasa muak dalam hati.

Pria itu lagi!

Pria itu membuka jas hitamnya, meletakkan di jajaran pundak Zwetta. “Hari ini cuaca dingin, kamu akan sakit jika hanya memakai kaos oblong untuk keluar rumah ”

“Untuk keluar rumah? Aku tidak berencana melakukannya hanya ingin berada disini saja”

“Kamu lupa? Aku bahkan sudah mengirimimu pesan, kita akan keluar malam ini”

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang