E M P A T B E L A S

3.9K 146 0
                                    

CATT: SEBELUM BACA ADA BAIKNYA KALIAN VOTE DULU. DAN SAMBIL MEMBACA JANGAN LUPA KOMEN. KALAU ENGGA AUTHOR SUMPAHIN MATANYA BINTILAN SEUMUR HIDUP KARNA UDA NGINTIP KARYA ORANG :-)

.
.
.

Zwetta menghela nafas, sedikit penyesalan karena dirinya seperti melampiaskan emosi pada Vorits kepada Evans.

"Tapi seharusnya memang dia harus menjaga batasan nya,"

Drrtt... drrtt...

Getaran handphone membuatnya teralih, tertera nama Raffi disana. Zwetta kembali menghela nafas sebelum memutuskan untuk mengangkat telepon.

"Halo"

"Kenapa aku merasa kamu berubah sayang, apa kamu tidak menyayangi ku lagi?"

Zwetta menutup matanya erat,"Aku sangat menyayangi mu Raffi, Maafkan aku tapi akhir-akhir ini aku sibuk,"

"Tetapi tidak seharusnya kamu melupakan aku, aku benci situasi ini Zwetta. Apa kamu memiliki pria lain?"

Zwetta mengerjapkan matanya, tangannya sedikit bergetar setelah mendengar ucapan Raffi,"Apa maksud mu! Apa kamu tidak mempercayai ku?"

"Maaf kan aku sayang, tapi aku benar-benar takut kehilanganmu,"

"Ini adalah kesalahpahaman, sayang. Kamu ada dimana sekarang?"

"Di bar, bersama teman yang lain. Kamu mau kemari? Aku akan menjemputmu di depan gerbang komplek,"

Zwetta menggeleng,"Aku tidak bisa ke sana, Daddy memperketat pengawasan ku. Kamu kan tau Daddy ngelarang aku punya pacar"

Terdengar jelas helaan nafas dari ujung sana membuat bulu kuduk Zwetta merinding, dia merasa sakit hati saat ini. Sama sekali tidak menyangka jika akhirnya akan menjadi serumit ini.

"Aku sungguh berharap kita selalu bersama walau cara berpacaran kita berbeda, aku menantikan mu sayang. Beritahu aku jika waktunya sudah tiba,"

Zwetta mengangguk, Bagaimana pun keadaan nya, Raffi selalu mencoba mengerti. Walau pada akhirnya jika ada sebuah persoalan yang terjadi di antara keduanya maka pria itu akan senantiasa mengungkit semuanya.

"Aku lebih menantikan nya, kita doakan yang terbaik. Aku menyayangimu, love"

"Aku lebih menyayangimu, love"

Telepon mati, penglihatan Zwetta perlahan kabur. Air matanya akan segera keluar, dia sangat merindukan Raffi, sebelum semuanya terlambat setidaknya dia sudah menjelaskan semuanya.

Tok...tok..tok

"Zwetta apa Mommy boleh masuk?"

Diusapnya segera kedua matanya, dan mengambil nafas panjang,"Zwetta sudah tidur Mommy,"

"Baiklah tidak apa-apa, Mommy akan tidur di kamar mu juga malam ini"

Senyuman segera muncul di wajahnya, dia sangat suka tidur di lengan dan kaki Zennyta. Tapi seketika dia kembali menghela nafas.

"Masuklah Mom,"

"Kamu sama sekali belum tertidur, kamu berbohong"

Zwetta menatap Zennyta sekilas. Zennyta menatap putrinya hangat, menepuk kakinya mengisyaratkan agar gadis itu.

"Mommy tau kamu pasti masih kesal pada Daddy, tapi bagaimanapun dia itu Daddy Mu kan. Dia sungguh tidak berniat untuk marah padamu nak, kamu tau kan dia sangat menyayangimu" jelasnya perlahan dengan sentuhan lembut di kepala Zwetta.

Zwetta mendongak, menatap wajah Zennyta. Lalu membenamkan wajahnya pada perut Zennyta, dan mulai terisak.

"Dia memukulku Mom," cicitnya di sela tangis. Bayangan kejadian itu kembali berputar membuat kesedihannya semakin menjadi.

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang