JANGAN LUPA VOTE.
KOMEN KALAU NEMUIN TYPO PLEASE!
HAPPY READING!
.
.
."Mami," panggil Enzo. Malam ini hujan turun sangat lebat. Sejak tadi siang perut Zwetta kram hampir setiap saat. Mual dan sakit kepala juga sempat menyerangnya. Sehingga Zwetta memilih tidur lebih awal malam ini.
Tubuh Enzo bergetar hebat menggigil. Petir datang saling bersahutan namun wanita itu masih tertidur tampak tidak terganggu sama sekali dengan keributan di luar.
Enzo menggoyangkan kembali tangan Zwetta perlahan. Tapi wanita itu tetap tidak menggubrisnya."Mami Enzo takut," gumam Enzo. Evans masih belum pulang kerja dan di apartemen hanya dia dan Zwetta. Gorden dinding masih belum tertutup jadi dapat memperlihatkan betapa ngerinya petir, angin dan hujan deras malam ini.
Jgeeer....
Suara petir menggelegar lagi, Enzo mencengkram baju piyama Zwetta,"MAMI!!!" teriaknya terkejut semakin takut. Karena setelah petir besar itu lampu padam.
Zwetta tersentak merasakan tarikan Enzo, kelopak matanya terbuka,"Enzo, kamu kenapa sayang?" tanya Zwetta. Enzo menangis, masuk ke dalam pelukannya.
"Mami jangan tidur lagi, Enzo takut." suara Enzo kian mengecil. Isakannya terdengar yang membuat Zwetta merasa bersalah. Zwetta memeluk tubuh mungil Enzo, mengelus perlahan punggung pria itu menenangkan.
"Mami disini jangan takut, tapi sebentar yah kita tutup gorden nya dulu," ucap Zwetta. Enzo menggeleng, memeluk leher Zwetta lebih erat lagi. Zwetta bangkit, dengan Enzo yang masih bergelantungan di lehernya. Satu tangan Zwetta menangkup tubuh Enzo agar tidak terjatuh dan satu lagi meraba nakas mencari dimana ponselnya berada.
Beberapa kali kilatan petir memberikan sedikit cahaya hingga akhirnya Zwetta menemukan ponselnya. Zwetta menghidupkan senter dari ponselnya dan menutup gorden tebal. Kilatan petir tentu masih terlihat namun jelas jauh berkurang.
Zwetta menidurkan tubuhnya dan tubuh Enzo kembali, tangan kanannya menjadi bantalan kepala kecil Enzo. Sedangkan tangan kirinya mengelus puncak kepala pria kecil itu, dan mengecupnya beberapa kali,"Tidur lagi yah sayang, Mami disini jangan takut," pinta Zwetta seingat nya tadi dia tertidur setelah memastikan Enzo tidur.
Enzo menggelengkan kepalanya,"Enzo nggak bisa tidur kalau mati lampu Mami," jawabnya.
Zwetta mengerti, menarik selimut hingga ke pinggang mereka,"Di coba dulu yah. Mami janji nggak akan tidur lagi sebelum Enzo tidur terlebih dulu," ucap Zwetta.
Mata itu masih tampak berair menatapnya lekat-lekat, kemudian mengangguk kecil. Matanya perlahan dia pejamkan mencoba untuk tidur. "Tidurlah sayang Mami bersama mu," bisik Zwetta di telinga Enzo dan menepuk-nepuk dada Enzo pelan.
Satu setengah jam berlalu Enzo seperti nya sudah tertidur. Lampu belum juga hidup dan Evans juga belum kembali. Padahal sudah akan memasuki tengah malam. Firasat nya mulai tidak enak takut terjadi apa-apa saat cuaca buruk seperti ini.
Evans tidak pernah terlambat pulang biasanya, dan jika pun akan lembur tiba-tiba pria itu pasti memberi kabar. Hal ini jelas membuatnya semakin susah tidur. Telepon nya juga tidak dia angkat, Rasanya dia ingin segera keluar untuk mencari keberadaan pria itu. Matanya terus terbuka hingga akhirnya dia penat sendiri dan terpejam tanpa dia sadari .
* * *
Jam sudah menunjuk pukul setengah tiga dini hari. Zwetta terbangun, lampu sudah kembali menyala seketika matanya menatap sisi kanan kiri ranjang yang masih kosong. Itu berarti Evans masih belum pulang. Hujan masih deras tapi tidak lagi dengan petir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate From Daddy (Completed)
Romance𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠! 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞𝐚𝐝𝐮𝐥𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝟐𝟏+ 𝐁𝐢𝐣𝐚𝐤𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐜𝐚𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐝𝐚! PRIVATE DI BEBERAPA PART, FOLLOW DULU SEBELUM BACA! Peringkat teratas : ~Rank #2 IN LOVE - 16 AGUSTUS 2022 ~Rank #3 IN ROMAN -14 AGUSTU...