D U A P U L U H E M P A T

3K 116 0
                                    

CATT: SEBELUM BACA ADA BAIKNYA KALIAN VOTE DULU. DAN SAMBIL MEMBACA JANGAN LUPA KOMEN. KALAU ENGGA AUTHOR SUMPAHIN MATANYA BINTILAN SEUMUR HIDUP KARNA UDA NGINTIP KARYA ORANG :-)

.
.
.

Hari ini pembagian raport Enzo. Dan Evans memintanya datang. Sudah beberapa kali mereka mencoba tapi tetap saja tidak ada waktu yang tepat untuk memberitahu Enzo jika mereka akan menikah.

Saat ini dia sudah berada di depan gerbang, sekolah itu terlihat ramai. Banyak pasangan tua dan muda yang berlalu lalang. Dan banyaknya siswa sekolah membuat Zwetta sedikit pusing, sulit baginya mencari keberadaan Enzo sekarang.

Parahnya lagi Evans seperti nya akan datang terlambat, terbukti dia mengatakan dia masih berada di kota lain yang memakan waktu satu jam lamanya untuk sampai ke sini. Dia benar-benar akan sendiri menghadapi Enzo.

"Aunty Dokter!"

Bravo, dewi Fortuna terimakasih!

Suara itu jelas suara Enzo. Spontan dia tersenyum dan merentangkan tangannya untuk memeluk calon putranya itu. Tidak butuh waktu lama Enzo sampai di pelukannya.

"Papi ada di mana?"

Zwetta mengelus lembut puncak kepala Enzo,"Dia sedang berada di perjalanan menuju kesini. Kamu nggak keberatan kan kalau Aunty dokter yang datang menemani mu sampai papi datang?"

Enzo menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum,"Kemarin Aunty uda bawa Enzo berkeliling ke rumah sakit. Sekarang waktunya Enzo yang bawa Aunty berkeliling disini,"

Zwetta mengangguk setuju,"Benar sekali. Tapi pengambilan raport nya bagaimana?"

"Papi yang akan mengambilnya, karena hanya boleh diambil oleh keluarga dekat" jawabnya polos yang mampu membuat hati Zwetta seolah tersiram air panas.

Zwetta hanya bisa mengangguk, mengikuti tarikan tangan Enzo yang entah kemana. Pria kecil itu tampak sedang berceloteh ringan memperkenalkan bagian dari sekolahnya.

Yang dikatakan Enzo tidak salah karena posisi Zwetta yang masih menjadi tunangan Evans. Tapi ucapan itu berhasil membuat pikirannya tidak fokus.

"Enzo!"

Spontan keduanya berbalik, mengarah ke suara panggilan,"Ada apa Luis?"

"Dimana Papi mu? Sebentar lagi giliran kelas kita. Apa kamu akan menjadi yang terakhir lagi kali ini?" tanya pria kecil bernama Luis.

"Engga lah, Papi sedang ada di perjalanan. Sebentar lagi akan data--"

"Luis kamu disini ternyata,"

Pria kecil yang bernama Luis itu berdecak kesal menatap pria itu,"Papa lambat sekali jalannya,"

"Dokter Zwetta?!"

Zwetta tampak kaget, wajah itu tentu saja dia ingat. Dia adalah suami dari salah satu rekan kerja dokter Zwetta. Wajah keduanya tampak mirip, siapapun yang melihat keduanya pasti dengan gampang bisa menebak jika keduanya adalah ayah dan anak.

"Pak Vio,"

"Luis, dia rekan kerja Mama," jelas pria itu saat Luis mulai melihat keduanya meminta penjelasan.

Luis menatap Zwetta dari atas hingga ke bawah,"Hai dokter Zwetta, aku Luis" sapa Luis sembari memberi lambaian tangan kecil.

Zwetta tersenyum, spontan ingin mengelus lembut puncak kepala Luis,"Hai juga Lu--"

Sebelum akhirnya tangan Zwetta berhasil mengelus puncak kepala Luis tangan kecil lainnya menarik tangannya seolah tidak terima. Wajahnya sudah terlihat jengkel, mata Enzo dan Zwetta bertemu hingga membuat Enzo dengan cepat menarik tangannya kembali.

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang