E M P A T P U L U H T I G A

5.4K 160 3
                                    

Jangan kaget kalau akhir bab ini menyebalkan :)

KOMEN KALAU ADA TYPO!

HAPPY READING!

.
.
.

Zwetta memutar tubuhnya ke samping. Tidur satu arah membuatnya terasa tidak nyaman. Ia tersentak ketika tubuhnya merasakan batas tempat tidur yang sudah terlewati. Tapi satu pasang tangan terasa melilit pinggangnya.

Zwetta membuka matanya paksa, kemudian mengerjap beberapa kali. Ketika sudah terbuka sempurna dia kaget bukan main saat melihat tubuhnya yang kini tanpa sehelai benang pun, dan posisinya juga sedikit mengenaskan karena saat ini dia ada di ujung sofa dan akan terjatuh kalau saja tidak ada tangan itu memeluk nya.

Tangan Zwetta mengelus lembut tangan itu. Berharap ini bukan kali terakhir mereka bercinta. Entah sudah pukul berapa sekarang tapi rasanya dia tidak ingin beranjak, dia ingin tetap ada di sebelah pria itu walau posisinya yang sangat tidak nyaman.

Membangunkan pria itu sama saja dengan melepaskan hubungan mereka. Perlahan air matanya kembali muncul,"Aku mencintaimu," lirihnya berbisik sambil terus mengelus tangan Evans. Dia masih tidak akan siap berpisah dengan Evans, apalagi Enzo.

Zwetta menarik nafas panjang. Mencoba mengendalikan suasana hatinya. Air matanya tidak lagi menetes, dia termenung dalam diam.

Mami!

Suara Enzo seolah memanggilnya. Refleks Zwetta mendudukkan dirinya di sofa, putranya pasti sudah bangun dan mencari keberadaannya sekarang namun tangan kekar Evans ternyata menahannya erat.

"Jangan pergi Zwetta, aku menarik kembali ucapan ku, ku mohon jangan pergi. Aku mencintaimu, jangan acuhkan ucapan ku tadi, aku ingin bersamamu," cerca Evans menarik tubuhnya kembali tertidur di sebelah pria itu.

Zwetta menggeleng,"Jangan tahan aku Evans," pinta Zwetta.

Evans menggeleng,"Nggak akan ku biarkan, kamu milikku. Wanita ku!" tegas Evans.

"Lepaskan sialan!"

Evans menggeleng. Menidurkan Zwetta dan perlahan menaiki tubuhnya dan mengunci pergerakan wanita itu,"Pergilah kalau kamu bisa. Bergerak sekarang," titah Evans tersenyum menyeringai.

"Kamu yang mengatakan akan menceraikan ku kan? Jadi untuk apa menahan ku?" tanya Zwetta berpura-pura jengkel menatap kedua bola mata itu dengan berani.

Evans menggeleng, tersenyum menyeringai,"Aku nggak akan melepaskan mu! Sekali nggak tetap nggak Zwetta," tegasnya lagi.

Pria itu kembali nakal. Mengigit telinga Zwetta dan menjilat nya beberapa kali. Mulai turun ke arah tengkuk leher dan memberikannya banyak bercak merah disana.

"Jangan menutupinya dengan Make up atau aku akan membuang semua make up mu," ancam Evans, senyum nya semakin mengembang saat melihat karya bibir nya yang terlihat jelas di leher bagian atas Zwetta.

Zwetta tersenyum, mengigit bibirnya. "It's my Evans! Aws...." desah Zwetta dalam hati. Ini yang dia inginkan. Evans yang mengancam nya, menginginkannya dan mengendalikan nya. Bukan mengusirnya pergi ke pelukan pria lain seperti tadi.

Tangannya dia tumpukan pada bahu kekar pria itu, dia menarik kasar leher Evans hingga dekat sekali ke bibirnya,"Jangan pernah mengusirku lagi!" tegasnya mengulum kulit leher Evans kencang hingga merah keunguan sebagai tanda.

Evans terkekeh,"Mau bermain lagi?" tanya Evans mengelus lembut pangkal paha Zwetta.

"Oh Fuck! Stop!" pinta Zwetta saat tangan Evans malah memainkan miliknya.

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang