D E L A P A N

5.9K 216 0
                                    

CATT: SEBELUM BACA ADA BAIKNYA KALIAN VOTE DULU. DAN SAMBIL MEMBACA JANGAN LUPA KOMEN. KALAU ENGGA AUTHOR SUMPAHIN MATANYA BINTILAN SEUMUR HIDUP KARNA UDA NGINTIP KARYA ORANG :-) 
.
.

"KEADAANNYA tidak terlalu mengkhawatirkan tapi ada baiknya, besok Enzo tidak perlu ke sekolah dulu. Lebih baik tinggal di rumah, sekolah kembali jika besok suhu tubuhnya sudah normal"

Mata kecil itu menatap Zwetta kagum, "Aunty dokter cantik banget"

Fokus Zwetta seketika teralih, sungguh ini membuat detak jantungnya berdegup tak karuan.

"Terima kasih Tampan, " sahut Zwetta saat melihat dua pasang mata pria tampan sedang menunggu jawabannya.

"Kamu dengarkan?! Kamu besok tidak perlu sekolah dulu"

Perubahan wajah Enzo tampak jelas di mata Zwetta. Ada percikan rasa takut yang sepertinya menyambarnya saat mendengar suara sang Ayah.

Zwetta menyenggol lengan Evans, ketika Enzo tampak menggeleng kecil.

"Ada apa?"

Enzo tetap menggeleng, "Tidak ada apa-apa Aunty dokter, hehehe"

Zwetta menatap Evans yang kini menggaruk kepalanya sembari memalingkan kepalanya.

"Jika nanti di ruangan ini hanya kita berdua, Enzo bisa cerita apa saja sama Aunty dokter"

Pria kecil itu tersenyum lalu memberikan tanda jari jempol pertanyaan menyetujui ucapan Zwetta.

"Ehem!"

"Oh iya, sebelum minum obat makan malam dulu. Enzo mau makan ap--

"Enzo, Cici sudah memasak bubur. Tidak ada pilihan, jangan menyusahkan orang lain"

Enzo mengangguk, "Ya, Papi"

Lagi-lagi Zwetta menyenggol tangan Evans, "Heii! Jangan murung seperti itu dong. Enzo tau engga, kali ini Aunty dokter pengen kasih Enzo makan enak karna kan Enzo lagi sakit. Cukup dengerin Aunty dokter kali ini aja ok, Enzo mau makan apa?"

Enzo melirik kembali pada Evans, "Sup Aya-Bubur Aunty dokter"

Zwetta menganggukkan kepalanya, "Baiklah, sebentar yah Aunty ambilkan"

"Tidak perlu, aku akan memanggil Cici ke mari"

Zwetta menggeleng," Ayo keluar, ada yang ingin aku katakan"

Tampak jelas helaan nafas Enzo saat mereka hampir melewati pintu kamar.

"Sebaiknya kamu jaga sikap, bagaimana pun dia putramu. Caramu memperlakukan nya kurang baik, dan kau lihat sendiri kan, jika begini didikan yang kau berikan maka aku yakin saat besar nanti dia tidak akan bisa berdiri sen--

"Jaga sikapmu Zwetta, dia putraku. Kau tidak memiliki hak apapun, caraku memperlakukannya itu urusan ku"

Zwetta mengangguk, "Tap-- Ah sudahlah, aku lapar"

"Apa kau Cici?"

Wanita dengan pakaian khas pelayan itu mengangguk, "Iya nona"

"Ini bubur untuk Enzo?"

Lagi-lagi dia mengangguk, "Jangan antarkan ke Enzo, tunggu aku. Aku ingin makan bersamanya, jadi biarkan kami makan bersama"

Hanya anggukan tapi tetap dia kerjakan .

Dengan telaten, Zwetta membuka kulkas, mengambil lima potong daging ayam mentah dan dengan pengalamannya yang memang terbiasa di dapur dia dapat mengubah  ayam itu menjadi sup ayam.

Bau gurih sup bertebaran kemana-mana hingga mencapai pintu kamar Evans dan Enzo.

Suara decitan pintu terdengar saat Zwetta selesai menata sup untuk Enzo. Senyuman khasnya seketika menyapa sosok pria kecil yang kini seperti menikmati aroma yang Zwetta ciptakan.

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang