T I G A B E L A S

4.6K 156 0
                                    

CATT: SEBELUM BACA ADA BAIKNYA KALIAN VOTE DULU. DAN SAMBIL MEMBACA JANGAN LUPA KOMEN. KALAU ENGGA AUTHOR SUMPAHIN MATANYA BINTILAN SEUMUR HIDUP KARNA UDA NGINTIP KARYA ORANG :-)

.
.
.

"Kamu mau membeli sesuatu?"

Evans menarik pedal rem,"Benar, aku ingin membeli sebuah kue. Buah tangan kecil untuk mengantar kamu pulang,"

Zwetta mengangguk,"Kita harus membeli yang seperti apa?"

"Terserah, aku yakin Daddy akan menyukai apapun yang kamu berikan. Karena dia menyukai mu,"

Ucapnya tersenyum tipis, mendapat balasan anggukan mengerti dari Evans.

"Pergilah, aku akan menjaga Enzo. Dia sudah tertidur"

Evans kembali mengangguk, saat pintu mobil di bukanya di saat itu pula deringan telepon menguasai suasana.

"Aku pergi," pamit Evans.

Zwetta mengangguk cepat. Jantung Zwetta berdegup kencang seketika saat melihat nama yang menjadi alasan handphone itu berbunyi.

Sesak seolah menjalar perlahan di relung hati nya,"Kenapa aku merasa takut?"

Tanya Zwetta. Perlahan dia mulai menghela nafas dan menetralkan detak jantung nya.

"Halo" bisik Zwetta benar-benar tidak ingin Enzo mendengar jika dia sedang bertelepon.

"Honey, aku rindu" rengek Raffi.

Zwetta menelan salivanya kasar, jantungnya kembali berdegup kencang,"Aku juga," cicitnya perlahan.

"Bohong! Kau bahkan tidak mengunjungi ku. Apa aku perlu ke rumahmu?"

Zwetta menutup matanya erat, situasi ini sangat berat dia jalani," Raffi, kali ini bukan waktu yang tepat. Maafkan aku, aku akan menghubungi mu jika sempat. Maaf"

Ucapan itu keluar dengan sendirinya, membuatnya semakin takut. Tangannya mencengkram erat handphone nya.

"Shit!"

Sambungan di putus oleh Zwetta. Sesak dan hawa panas menyelimuti nya ini keadaan tidak biasa. Dia sungguh tidak bisa begini.

"we have arrived?"

Suara kecil itu semakin membuatnya takut,"Belum sayang, tidurlah kembali. Kita hanya berhenti sebentar"

Enzo menghela nafas,"Aku kira sudah sampai. Aunty dokter kencangkan saja AC nya, sepertinya Aunty kepanasan,"

Zwetta menggeleng,"Engga kok, Aunty nggak kepanasan"

"Apa Aunty gugup?"

Zwetta menghela nafas, lalu mengangguk,"Benar, Aunty sangat gugup. Situasi yang sedikit asing membuat Aunty gugup"

Pria kecil itu mengangguk seolah mengerti, dia menepuk pundak Zwetta,"Aku yakin setelah Aunty terbiasa maka semuanya akan baik-baik saja"

"Damn!" umpat Zwetta berbisik. Dia sama sekali tidak ingin terbiasa di situasi ini .

Zwetta mengangguk,"Benar semuanya akan baik-baik saja jika sudah terbiasa. Tapi menurut Aunty beberapa situasi sebaiknya nggak kembali muncul"

Pintu kembali terbuka, Evans kembali dengan satu kotak kue dan sebuah plastik.

"Apa ini?" tanya Zwetta saat pria itu menyodorkan plastik padanya.

"Aku ingat kamu belum cukup makan tadi, aku melihat roti tawar yang rendah kalori dan air mineral"

Mata Zwetta kembali berbinar, namun seketika situasi tadi membuat dirinya merasa bersalah. Kedua pria itu sangat manis dan baik hati, kenapa dirinya harus menjadi sosok antagonis untuk mereka.

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang