T U J U H B E L A S

3.5K 128 0
                                    

CATT: SEBELUM BACA ADA BAIKNYA KALIAN VOTE DULU. DAN SAMBIL MEMBACA JANGAN LUPA KOMEN. KALAU ENGGA AUTHOR SUMPAHIN MATANYA BINTILAN SEUMUR HIDUP KARNA UDA NGINTIP KARYA ORANG :-)

.
.
.

Hari baru, pagi ini berbeda dari yang sebelumnya. Sejak subuh hujan turun deras sekali. Sehingga membuat sunrise tidak terlalu kelihatan.

Zwetta menyesap kopinya, menatapi langit yang masih membunyikan guntur nya. Beberapa kali angin kencang membawa percikan air hujan ke arah Zwetta. Namun tidak ada tanda-tanda Zwetta akan berpindah tempat dari balkon.

'Hanya tersisa dua minggu lagi, dan keadaanku masih sama. Sama sekali belum bisa menjelaskan apapun pada Raffi' batin Zwetta.

Kayana dan Zayn sudah pindah ke kediaman mereka. Di rumah ini hanya tersisa Orang tua mereka dan beberapa pelayan, juga Zwetta. Sepi sekali. Tidak ada yang bisa diajaknya berbicara jika sudah di rumah, yang bisa dia lakukan hanya menebak masa depannya, berfikir sendiri apa yang akan terjadi setelah ini.

Hujan semakin terasa deras, angin kencang membuat tempias air kembali menyerbu Zwetta. Dan suara guntur yang bergemuruh, membuat Zwetta pada akhirnya memilih masuk kembali ke dalam kamar. Meninggalkan kopi miliknya yang masih setengah gelas di meja balkon.

"Mommy memanggil mu dari tadi Zwetta," keluh Zenyta tepat saat Zwetta menutup pintu balkon.

"Untuk apa?"

"Astaga, pantas saja engga denger panggilan Mommy. Mandi sana, jangan lupa pakai air hangat. Sudah tau hujan turun masih saja keluar, kamu sudah hampir basah kuyup"

Zwetta menghela nafas, lalu mengangguk,"Mommy tunggu dibawah, mandi secepatnya. Daddy mau bicara"

Zwetta menatap wanita paruh baya itu dalam,"Aku akan menikahinya, tenang saja. Ga ada yang perlu di bicarakan,"

"Zwetta jangan keras kepala! Apa kamu engga malu dengan kelakuan mu kemarin saat ada Evans disini?"

"Kami sudah bertemu, ga ada masalah lagi. Aku capek membahas hal serupa"

"Oh ayolah Zwetta, apa kamu ga bisa mengalah sekali ini aja,"

"Sudah, jika bukan karena mengalah, aku sudah melarikan diri dari pernikahan ini"

Jelas Zwetta memilih meninggalkan Zenyta dan masuk ke kamar mandi. Rasanya sesak sekali, setiap kata yang dia utarakan berat sekali keluar saat membicarakan pernikahan.

Tanpa sadar buliran air mata keluar, membuat terasa semakin sesak,"Tuhan, turuti permintaan ku kali ini saja. Berikan aku pernikahan nyata dengan pria yang engkau kehendaki," pintanya memohon dengan mata tertutup dan tangan terlipat.

Zenyta menghela nafas, sesungguhnya dia tidak suka mencampuri urusan anak muda. Dia sangat mengerti jika anak yang semakin dewasa semakin tidak bisa di atur, tidak seharusnya mereka para orang tua berada di situasi ini.

Ingin sekali dia mengutarakan jika zaman sudah berbeda dan perjodohan tidak lagi sebuah pilihan. Namun melawan Vorits itu artinya membuat masalah semakin besar. Pria itu keras kepala, semua yang dia inginkan dan dia ucapkan harus di penuhi.

Hanya satu, dia ingin hubungan mereka tetap seperti dahulu. Rumah ini sunyi sekali rasanya setelah Zayn pindah ke rumah miliknya, dan seharusnya tidak akan terlalu sunyi jika Zwetta dan Vorits tidak bertengkar.

"Entah apa lagi yang harus aku lakukan," keluh Zenyta yang kini sudah berhadapan dengan Vorits di meja makan.

"Dia dimana?"

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang