T I G A P U L U H D E L A P A N

3.4K 126 8
                                    

Selamat Hari Kemerdekaan HUT Ke-77 RI!!!

Komen kalau nemuin typo!

Happy Reading!

.
.
.

Ting Tong!

Setelah bunyi Bell, Zwetta dan rekan susternya masuk ke salah satu ruang rawat inap. Sekarang jadwal dinasnya mengecek kondisi pasien ke per tiap ruang rawat inap.

"Selamat pagi cantik, masih ingat dengan saya?" tanya nya lembut.

Pasien nya di kamar ini adalah anak perempuan berusia delapan tahun yang terdiagnosa penyakit DBD,"Pagi dokter Zwetta!" serunya membalas senyum Zwetta.

Dua suster yang bersamanya mulai mengambil tindakan. Satu dari mereka melakukan pengecekan pada infus dan satu lagi mengecek tekanan darah dan suhu tubuh pasien.

"Suhu tubuh 37,2. Tekanan darah 90/55 mmHG"

Zwetta menganggukkan kepalanya,"Wah hebat sekali, suhu tubuh dan tekanan darahnya normal. Terakhir demam kapan?"

"Kemarin malam dok," jawab pasien.

"Bagus itu artinya ada kemajuan. Selera makannya gimana? Masih sering muntah?" tanya Zwetta kembali.

"Muntahnya kemarin malam dua kali dok. Selera makannya masih seperti kemarin," jawab ibu dari pasien.

Zwetta mengangguk mengerti,"Bintik merahnya juga uda pada kabur kan yah?" tanya Zwetta pada anak itu.

Sang anak menganggukkan kepalanya,"Mereka takut sama dokter Zwetta," balasnya sembari terkekeh.

Zwetta ikut tertawa kecil,"Masih ada keluhan lain cantik?"

Anak itu menggeleng,"Baiklah selera makannya harus di jaga yah cantik biar cepat sembuh, sebentar lagi akan ada pemeriksaan darah. Kita lihat hasilnya, semoga saja ada kemajuan di trombosit nya. Saya permisi, semoga cepat sembuh cantik" ucap Zwetta buru-buru keluar ruangan.

Keram perutnya kembali lagi. Dia mencengkram jasnya, sakit pinggang dan sakit kepalanya juga beradu membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan.

"Dokter Zwetta? Kamu nggak papa?" tanya salah satu suster yang sudah ikut keluar dengannya.

Zwetta mencoba berdiri tegak, dan menggelengkan kepalanya,"Kalian panggil dokter lain dulu yah, saya nggak bisa lanjut"

"Mau saya antar dokter? Wajah dokter pucat banget loh."

Zwetta menggeleng,"Lanjut aja, saya bisa sendiri. Maaf yah,"

Zwetta memegang kepalanya dan memijit nya perlahan. Dia berjalan cepat menuju ruangannya. Ini sudah hampir satu pekan sejak kram perut itu muncul tapi darah menstruasi nya juga belum terlihat. Sakit di perutnya juga datang pergi.

Nafas nya beberapa kali tercekat. Dia sedikit takut sekarang, perutnya terasa semakin parah. Pikirannya mulai menebak apa yang terjadi pada perutnya, mendiagnosa diri sendiri dari batu ginjal hingga kanker.

Dia mendudukkan dirinya di sofa setelah akhirnya sampai di ruangannya, perlahan menidurkan diri ke samping dan meringkuk memeluk dirinya sendiri. Rasanya dia ingin menangis. Dia butuh Zenyta sekarang, tapi dia juga lupa dimana meletakkan ponselnya tadi.

"Zwetta!" panggil seseorang. Zwetta menengadah menatap si pemanggil.

Air matanya yang memang sudah tergenang keluar sempurna saat menatap Raffi,"Keluarlah, keluar dari sini!" usir Zwetta lirih dengan sisa tenaganya.

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang