CATT : KOMEN KALAU NEMUIN ADA TYPO PLEASE!
Happy Reading!
.
.
.Zwetta menepuk-nepuk lembut punggung Enzo. Perlahan-lahan menidurkan pria kecil itu di sebelahnya. Tatapannya sayu dan aura sedih masih terpancar disana, hatinya sakit saat melihat Enzo berbicara panjang lebar di makam Atha tadi.
Membayangkan posisinya saja Zwetta tidak bisa. Menurut Zwetta hidup tidak akan pernah baik-baik saja tanpa sosok ibu. Walau usianya sudah dewasa tapi tetap saja sampai saat ini dia masih membutuhkan Zenyta. Sementara Enzo, dia bahkan belum pernah merasakan di peluk langsung oleh ibu kandungnya.
Tangannya terulur membelai lembut rambut Enzo saat kelopak mata pria kecil itu sudah tertutup. “Kamu anak yang hebat Enzo. Aku menyayangi mu.” gumam Zwetta memberikan kecupan di dahi Enzo.
Dia bergerak perlahan, melihat Evans dari jendela kamar karena gorden yang belum tertutup jadi punggung pria itu bisa terlihat sedang duduk di balkon dari kamar. Tangannya perlahan mengangkat tangan kecil Enzo yang tengah memeluk pinggangnya, dan bergerak perlahan tanpa suara ke arah balkon.
Mata Zwetta terbelalak kaget saat melihat Evans yang sedang mengisap sebuah rokok di balkon. Dia benar-benar tidak percaya ini. Evans yang dia kenal adalah pria yang menomorsatukan kesehatan.
Tatapan pria itu juga tidak biasa seperti memang sedang memikirkan suatu hal penting. Tatapan yang sama yang dia keluarkan saat malam pertama mereka, sewaktu menceritakan ketakutannya.
Zwetta mendekat mengambil alih rokok itu dari bibir pria itu, lalu menekannya ke asbak hingga apinya mati. Sementara Evans hanya melihatnya sekilas kemudian masuk kembali dengan tatapan anehnya.
“Evans, kamu mau beri contoh yang buruk untuk Enzo? Anak sekecil itu melakukan apa yang dia lihat.” cerca Zwetta, tangannya sibuk mengusir sisa asap rokok yang terbang ke arahnya.
Evans masih tetap dalam posisi yang sama. Tidak mengindahkan ucapan Zwetta. Zwetta menghela napas, menepuk pundak Evans lembut,“Ada apa Evans? Kamu boleh cerita jika kamu mau.”
Pria itu tetap tidak bereaksi. Zwetta memilih diam. Dia tidak punya hak juga untuk memaksa Evans berbicara. Perubahan ini sangat terlihat saat mereka sampai di makam. Dari sampai hingga berakhir pulang Evans memilih diam dan menjauh dari nya dan Enzo.
Seingatnya pria itu tersenyum padanya walau mengatainya lama berpakaian. Dan jika di pikir lagi Zwetta seperti nya tidak melakukan kesalahan fatal sampai Evans memilih mendiamkannya.
Beberapa menit berlalu. Angin malam mulai terasa dingin menusuk, Zwetta yang memang hanya mengenakan piyama pendek akhirnya memilih bangkit menuju ke kamar. Meninggalkan pria itu yang tetap memilih diam dalam lamunan nya.
“Zwetta” panggil Evans saat kakinya akan memasuki kamar. Wanita itu mengalihkan pandangannya sekilas lalu kemudian tetap memasuki kamar.
Evans mengira Zwetta benar-benar akan tidur. Tapi tidak sampai sepuluh menit kemudian, istrinya itu kembali memperlihatkan dirinya. Datang ke balkon membawa dua gelas kopi panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate From Daddy (Completed)
Romance𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠! 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞𝐚𝐝𝐮𝐥𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝟐𝟏+ 𝐁𝐢𝐣𝐚𝐤𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐜𝐚𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐝𝐚! PRIVATE DI BEBERAPA PART, FOLLOW DULU SEBELUM BACA! Peringkat teratas : ~Rank #2 IN LOVE - 16 AGUSTUS 2022 ~Rank #3 IN ROMAN -14 AGUSTU...