T I G A P U L U H D U A

3.9K 126 6
                                    

!WARNING!

"Bab ini mengandung adegan dewasa, kata-kata vulgar, dan juga adegan kekerasan. Skip sekiranya jika belum cukup umur"

CATT : SEBELUM BACA ADA BAIKNYA KALIAN VOTE DULU. DAN SAMBIL MEMBACA JANGAN LUPA KOMEN.

Happy Reading!
.
.
.

Pagi sudah kembali datang. Dan seperti biasa kopi pahit sudah menemani Zwetta di balkon apartemen Evans. Duduk sendiri menunggu sunrise yang akan segera muncul.

Lokasi Apartemennya yang memang di tengah kota, membuat jalanan sudah tampak ramai padahal masih pagi sekali. Jam saja masih menunjuk pukul 05.30. Tapi walau begitu suara berisik kota tidak terlalu terdengar hingga ke lantai mereka.

Zwetta kembali mengangkat gelas kopi dan menyesapnya. Kemudian Zwetta berdiri menatap luar ruangan lebih dekat lagi. Semilir angin segera menyapa pipinya hingga membuatnya menutup mata merasakan angin pagi yang begitu segar.

Zwetta semakin menghirup udara sampai sang pengacau tiba. Tangan kekar datang bertengger manis di pinggangnya.  Tubuh Zwetta bergidik saat salah satu tangan menyelinap masuk ke dalam kemeja piyama yang di pakainya dan menyusuri perut rata miliknya.

“Evans jangan menggangguku!” omel Zwetta. Bau aroma tubuh Evans sudah ia kenal sekarang.

Pria itu mulai beralih pada tengkuk leher Zwetta,“Kemarin Enzo mengacaukan makan malam ku, mumpung dia masih tidur.”keluhnya berbisik di telinga Zwetta. Zwetta ingat jelas kemarin malam Enzo tidur sangat lama. Sampai akhirnya Zwetta tidur terlebih dahulu.

Zwetta menggelengkan kepalanya,“Evans jangan membuat bekas baru! Aws shhh,” protes dan desahan Zwetta bersatu saat pria itu sudah menyadari jika kelemahan Zwetta ada di tengkuk lehernya. Dia memberikan kecupan dan tanda disana, dan Lihatlah sekarang wanita itu bergerak gelisah dan mulai mendesah.

Matanya sudah terpejam menikmati kecupan Evans yang menjalar hingga ke balik telinga, “Ahh Shh, Evans!” Dan tangan kekar itu tidak bisa diam aja, dia sekarang menjalar naik semakin ke atas. Hingga menyentuh payudara Zwetta, puting Zwetta spontan menegang seolah lampu hijau untuk Evans semakin melanjutkan kegiatannya.

Sebuah kesadaran menyentak Zwetta saat satu tangan Evans mulai menyusuri perut bagian bawahnya. Alarm tanda bahaya
memperingatkan wanita itu untuk segera menghentikan ini.

Sebelum akal sehatnya kembali hilang dan mengulang kesalahan yang sama. Zwetta menahan tangan kekar Evans. Dan berbalik mendorong pundak Evans.

Why?” tanya Evans sepertinya tidak terima. Mata itu menatap Zwetta intens, dan sorot mata itu tidak bisa
menyembunyikan betapa dia menginginkan Zwetta. Mata sayu dengan kabut gairah sama seperti saat malam pertama mereka. Tatapan
yang membuat Zwetta merasa diinginkan.

“Kamu sudah berjanji Evans!” cerca Zwetta menstabilkan nafasnya yang sekarang memburu seakan tubuhnya juga tidak terima kegiatan panas mereka berhenti begitu saja.

“Persetan dengan janji itu Zwetta, kita saling menginginkan dan ini sah karena kita sudah menikah,” jawab Evans yang tampak jengkel.

Zwetta dengan tegas menggeleng, meyakinkan diri bahwa ini adalah sebuah kesalahan,“Tetap saja, kita sudah berjanji Evans!”

“Ini bukan kesalahan Zwetta”

Sorry but I can’t.”

Evans menahan nafasnya. Menimbang nimbang apa yang tengah terjadi. Kemudian menatap Zwetta dengan lembut dan mengangguk mengerti, dia tidak boleh bersikap memaksa. Ini harus keinginan kedua belah pihak.

Mate From Daddy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang