tigabelas | Beda

1.3K 81 3
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______

"Pagi Rey..." Sapa Seren sembari mencium pipi Reyhan sebelum mendudukan dirinya di samping adiknya itu.

Reyhan berdecak lalu mengusap pipinya, menatap kakaknya itu tajam "udah berapa kali gue bilang, jangan cium gue!" Protesnya.

Seren memeletkan lidahnya sembari tertawa "suka-suka gue dong" jawabnya yang membuat Reyhan mendesis kesal.

Tak lama kemudian seorang pria dewasa ikut bergabung di meja makan "pagi" sapanya kaku, lalu duduk di kursi kepala keluarga.

"Pagi" sapa Seren, sedangkan Reyhan hanya bergumam tidak jelas.

Setelahnya tidak ada yang berbicara, benar-benar senyap dan canggung. Tidak ada acara sarapan hangat, diiringi canda tawa seperti keluarga pada umumnya. Seperti itulah keluarga Seren, semuanya terasa seperti asing.

Seren selalu merasa iri pada keluarga lainnya yang terlihat penuh tawa dan kehangatan, tidak seperti keluarganya yang begitu beku.

Sejak kecil Seren di asuh oleh Bi Eli, orang tuanya tidak pernah memiliki waktu hanya untuk sekedar mengajaknya mengobrol, setiap pagi dia harus sarapan dengan di suapi bi Eli, bercerita dengan bi Eli, bahkan jika dia takut tidur sendiri, dia akan tidur dengan bi Eli. Bahkan Seren lebih tahu bi Eli dari pada kedua orang tuanya sendiri.

Mereka tidak pernah saling berbicara yang menyebabkan kejanggungan itu terbentuk. Seren tidak cukup memiliki keberanian untuk protes sedangkan kedua orangnya tidak terlalu peka untuk sadar.

Kadang Seren sedih, ingin sekali merubah keadaan namun tetap tidak berhasil. Ibu dan ayahnya terlalu sibuk bekerja hingga tidak mempunyai waktu untuk sekedar berbicara pada mereka berdua, apalagi meluangkan waktu untuk mendekatkan diri. Itulah kenapa mereka terlalu kaku untuk berbicara satu sama lain.

Srekk!

Bunyi gesekan kursi dan juga dentingan sendok menyadarkan Seren, ia menatap punggung ayahnya yang kini sudah pergi meninggalkan meja makan. Hatinya sesak, Seren harus apa agar mereka tidak seperti ini. Keadaan ini begitu menyakitkan untuk Seren. Dia mau ayahnya mengantarnya ke sekolah, memberi banyak pertanyaan saat ia pulang sekolah, mengkhawatirkannya, memeluknya saat dia menangis dan menguatkannya saat dia terjatuh.

Apa itu semua begitu sulit Seren dapatkan? Mengapa keluarganya begitu berbeda? Apa sebenarnya masalahnya?

"Seren!" Panggil Reyhan tidak sopan.

Seren langsung menoleh, menatap Reyhan kesal "panggil gue kakak!" Protesnya.

Namun bukannya menjawab Reyhan malah menempelkan selembar tisu ke matanya dengan tidak elit, sampai membuat mata Seren perih, untung tidak langsung terkena bola matanya "jangan nangis!" Ketusnya lalu beranjak dari meja makan.

Seren berdecak sebal, sembari mengusap air matanya, bahkan dia tidak sadar kalau air matanya sudah mengalir. Dia akui kalau dia sangat sensitif terhadap masalah keluarganya.

My EX [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang