[SELESAI]
"Ayo putus"
"Ha?"
"Kita putus, Seren"
Seren menyipitkan matanya, menelisik ke dalam mata Devan--cowok yang dua tahun terakhir ini berstatus pacarnya namun semua nyatanya akan berakhir hari ini--berusaha mencari kebohongan di mata cowok i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_______
"lo kenapa sih tan? lemes amat gue liat." Arce mendudukkan dirinya di sebelah Devan yang terlihat tidak bersemangat, seperti biasanya.
Sang kapten biasanya saat pertandingan seperti ini akan menjadi sangat tegas dan juga semangat, apalagi lawan mereka yang notabennya SMA merah putih. Jelas Devan tidak ingin dirinya kalah telak oleh musuh bebuyutannya itu.
"Jelaslah gak semangat, orang ibu negara gak nonton," Erik menimpali setelah mendinginkan tenggorokannya dengan air mineral.
Arce tertatawa sinis "kayak gini yang katanya mau move on. Lemah!"
Devan menoleh, menatap Arce tajam "siapa yang bilang mau move on?"
Yang ditatap langsung menampilkan cengirannya "hehehe becanda gua mah."
Erik mendengus melihat tingkah Arce "nih ya gue kasih tahu sama Lo, kalau masih mau ya bilang aja gak usah gengsi, kalau gak yaudah, cari yang baru. Jangan mau dibegoin sama ego!"
"Udah bego, makanya kayak gitu," Langit yang baru saja datang langsung menimpali.
Devan menghela napasnya yang masih belum teratur akibat bermain basket barusan. Kalau Langit sudah mengeluarkan sabdanya dia tidak punya kata untuk melawan atau hanya untuk sekedar mencari pembelaan.
Suasana saat itu menjadi sangat dingin ketika keempatnya tidak membuka suara, selain karena masih kelelahan, faktor untamanya tidak ingin salah menanggapi. Maka Arce berdehem pelan demi mencairkan suasana, entah kenapa beberapa Minggu ini suasana seperti tadi sering merebut kehangatan hubungan pertemanan mereka.
Seolah semuanya menjadi sensitif, apalagi Devan yang saat ini masih dalam proses memahami dirinya sendiri. Setelah beberapa hari yang lalu diberi petuah oleh langit tentang hubungannya bersama Seren.
Langit tidak banyak mengatakan sesuatu, hanya memberi beberapa kata yang menyakitkan agar Devan bisa sedikit lebih tegas terhadap perasaannya.
"Jangan mau debegoin sama perasaan sendiri, mudah kalau Lo mau ngalah, susah kalau Lo mau terus keras kepala."
Hanya itu, namun Devan merasa tertampar. Devan keras kepala, dia akui. Dia egois, dia gengsi. Memang itu letak masalahnya, dia dan Seren itu sama, makanya masalah kecil jadi besar. Kalau saja salah satu dari mereka mau mengalah mungkin semuanya akan baik-baik saja.
Setelah putus Devan kira masalah tidak akan seperti ini, dia pikir dua hari sudah cukup untuk menghapus memorinya bersama Seren selama dua tahun terakhir atau satu Minggu akan mudah baginya untuk memperjuangkan Seren kembali namun salah, semuanya menjadi runyam, rumit dan sulit.
Kecemburuannya, keposesifannya, kebodohannya memicu hubungannya dengan Seren semakin tidak sehat. Ya, mengambil tindakan untuk istirahat sejenak seperti yang dia katakan pada Seren hari itu mungkin memang bagus tapi nyatanya seperti biasa. Omong kosong. Semuanya hanya omong kosong.