Sound on!!!!
________
Wanita berjas putih itu mengulum senyum sembari menggenggam tangan gadis yang ada didepannya kini. Pasiennya yang sudah satu tahun lamanya menjalani terapi dengannya,
"Bagus, kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, kamu bisa menceritakan setiap detail luka yang kamu rasakan tanpa menangis seperti sebelum-sebelumnya. Itu pencapaian yang luar biasa."
Gadis itu tersenyum, sembari mengangguk lesu. Binar matanya yang redup menatap sendu ke arah sang dokter, menghela nafas lega ketika berhasil menceritakan kesakitan yang selama ini dia rasakan.
"Seren kamu harus ingat satu hal, kita hidup hanya pada jalur yang di mana ujungnya adalah kematian. Merasakan sakit manusiawi, setiap orang berhak bersedih karena perpisahan penuh luka itu. Silahkan bersedih, silahkan menangis tapi tetap harus ikhlas. Mengikhlaskan memang sulit apalagi ini adalah orang yang begitu kita cintai tapi kamu harus tekankan bahwa keikhlasan yang kamu berikan akan memberikan ketenangan padanya. Kita mencintainya itu artinya kita harus membiarkannya bahagia dimanapun dia berada."
Seren mengangguk mengerti, tersenyum penuh getir ke arah sang dokter.
"Lalu, bagaimana dengan keluarga kamu waktu itu?" Tanya dokter Shania lagi.
"Papa dan mama memutuskan untuk berpisah, mama gak pernah kembali setelah kejadian malam itu dan sekarang papa udah banyak berubah, dia lebih sering menghabiskan waktu sama kami, dan juga lebih banyak bicara akhirnya." Seren terkekeh getir, sesak didadanya masih ada namun tak sebanyak saat hari dimana ia ditinggalkan oleh orang-orang tercintanya.
"Oke, bagaimana perasaan kamu setelah perubahan dari papa kamu, apakah masih ada yang mengganjal atau sudah baik-baik saja?"
"Sejauh ini baik-baik aja, bahkan saya beberapa hari ini banyak tersenyum."
Dokter Shania mengangguk, tersenyum lebar sembari menepuk punggung tangan Seren yang tadi ia genggam "you've done really well, setelah ini coba kamu lebih sering habisin waktu di luar atau liburan sama keluarga kamu sesekali, cari udara segar atau mau keluar sama saya? Hari Minggu kita pergi?"
"Sound good, tapi nanti ngerepotin dokter."
"Ck, gapapa, Kayak sama siapa aja."
Seren terkekeh, dia dan dokter Shania memang cukup akrab mengingat sudah satu tahun lamanya dia berkonsultasi dengan dokter muda cantik itu, dia juga sudah beberapa kali keluar bersama dokter Shania jadi tidak canggung lagi.
"Tapi agak sorean ya dok, soalnya saya mau ke Devan dulu paginya."
Dokter Shania mengangguk sembari tersenyum "okay."
Setelahnya Seren berpamitan untuk pulang. Hari ini Seren meninggalkan ruangan sang dokter dengan penuh rasa lega, sedikit banyaknya, sesak yang menyelimuti dadanya kini berangsur melega.
KAMU SEDANG MEMBACA
My EX [COMPLETED✓]
Teen Fiction[SELESAI] "Ayo putus" "Ha?" "Kita putus, Seren" Seren menyipitkan matanya, menelisik ke dalam mata Devan--cowok yang dua tahun terakhir ini berstatus pacarnya namun semua nyatanya akan berakhir hari ini--berusaha mencari kebohongan di mata cowok i...