42 - Usai

1.1K 62 14
                                    

________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________

Tiga minggu sudah Devan berada di rumah sakit , kondisinya masih sama, tiga hari setelah dirawat Devan sempat bangun tapi hanya berteriak kesakitan, memegangi kepalanya lalu kembali tidur, empat hari kemudian Devan kembali sadar namun tetap sama, dia bangun hanya untuk merasakan sakitnya, berteriak dan merintih kesakitan.

Seren menyaksikan bagaimana menderitanya Devan saat itu pun berdenyut perih di uluh hatinya, dirinya menangis memaksa untuk memeluk Devan disaat laki-laki itu kesakitan, namun tidak diberi izin oleh dokter karena kondisinya, maka dari itu tak ada yang bisa Seren lakukan selain menangis sembari dipeluk Larissa dari jauh.

Sore itu Seren hanya bersama Devan di ruangan persegi itu. Gadis itu tak pernah mengalihkan tatapannya dari wajah tenang Devan, tangannya juga tak berhenti menggenggam tangan Devan. Sejenak hanya ada suara dari elektrokardiogram yang mendominasi sebelum Seren memecah hening,

"Dev, Lo inget gak Lo pernah bilang gue itu kayak kaktus tapi ternyata Lo yang sebenernya si kaktus. Lo kuat banget, lebih kuat dari yang gue kira. Sama kayak kaktus, bisa bertahan di keadaan yang paling menyiksa sekalipun." Tangannya yang satu naik mengusap rambut tebal Devan.

"Sampai sekarang kaktusnya masih ada di dalem kamar gue, gak pernah gue pindahin dari tempat pertama kali. Lo harus liat gimana cantiknya dia sekarang. Oh iya, setelah Lo pulih ayo kita pergi ketempat kemaren, gue suka disana. Tinggi, tenang terus juga indah, tempatnya indah banget." Seren tersenyum getir, mengingat bagaimana terakhir kalinya mereka bertemu dan berpisah dengan manis.

Tangan Devan ia bawa menyentuh pipinya "gue kangen, kangen banget sama Lo, kangen senyum Lo, kangen jail Lo, kangen semuanya tentang Lo. Ayo bangun, gak capek apa tidur terus, hm?"

Seren tersentak saat merasakan jari-jari Devan bergerak, disertai dengan bunyi EKG yang kian mengeras, dengan cepat ia menekan tombol yang berada di samping ranjang, lantas mengusap kepala Devan pelan.

"Devan... Tenang, Lo harus tenang..." Lirihnya sebelum para perawat datang menghampiri, membuat Seren mau tak mau menjauh dari Devan, ia memperhatikan bagaimana perawat dengan cekatan memeriksa Devan. Beberapa menit setelahnya Seren terkejut saat mendengar Devan merintih kesakitan, ia bergerak cepat mendekat ingin memeluk laki-laki itu namun di tahan oleh salah satu perawat.

Seren menggeleng, matanya berembun. apalagi teriakan Devan yang tampak begitu kesakitan hingga tiba-tiba Larissa masuk dan menariknya keluar, awalnya Seren memberontak tidak mau, tapi Larissa terus meyakinkan dirinya bahwa Devan akan baik-baik saja.

Tiga minggu ini begitu menyiksa dirinya, sejak dirawatnya Devan, Seren tak pernah sama sekali meninggalkan Devan sendirian, ia bertahan di sampingnya, menceritakan apapun yang dia lakukan di sekolah pagi harinya. Ya, walaupun hatinya bersedih Seren tak melupakan kewajibannya sebagai siswa SMA, apalagi sebentar lagi mereka akan ujian.

Tiga minggu ini juga Seren lebih sering berbicara dengan Langit. Lebih tepatnya Serenlah yang lebih banyak menumpahkan semua rasa takutnya pada Langit. Bagaimana dia telah menyiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi bahkan yang paling buruk sekalipun. Bukan, bukan Seren ingin menyerah namun jika menahan Devan disini akan membuat laki-laki itu merasakan sakit yang luar biasa, Seren tidak mau. Dia tidak suka.

My EX [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang