16

10.2K 641 99
                                    

Selamat membaca ❤

😈🌚😈🌚

Esok paginya seperti biasa Oliv memasak terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Tadi malam ia sudah mencari tiket pulang.

Dan minggu depan ia akan kembali ke rumah yang sebenarnya.

Setelah semua siap, Oliv berangkat kerja.

Hari ini semua saudara Isaac tidak datang untuk sarapan. Entah kemana mereka.

Secara bersamaan juga mereka mengirim pesan jika tidak usah dibawakan makan siang. Oliv tak pusing memikirkan mereka.

Di perjalanan menuju kantor Oliv merenung. Sesekali ia mengecek ponselnya. Isaac tidak mengirim pesan sejak kemarin.

Biasanya pria itu mengirim pesan tiap jam.Menanyakan keberadaan Oliv.

Disinilah Oliv sekarang, ia sudah di lift perusahaan Isaac. Ia gugup setengah mati.

Bunyi lift berdenting, pintu besi itu terbuka. Oliv berjalan menuju pintu Isaac.

Ia mengetuk pintu. Tidak ada jawaban.

Oliv membuka pintu itu perlahan. Dan benar saja Isaac berciuman dengan wanita berambut pirang itu.

Oliv menutup pintunya. Ia berbalik arah menuju pintu Emillio. Tanpa mengetuk pintu Oliv memasuki ruangan Emillio.

Disana tidak ada Emillio.
'Mungkin dia belum datang.' Batin Oliv.

Oliv terduduk disofa biru milik Emillio. Ia memejamkan matanya.
Samar-samar Oliv mendengar bantingan pintu dan suara ribut.

Tak lama kemudian pintu milik Emillio terbuka dengan kasar.
Munculah pemilik ruangan ini dengan napas ngos-ngosan juga wajah yang terlihat sangat marah.

Emillio menutup pintu kemudian menatap Oliv.

Pria itu mendekat ke Oliv lalu ia memeluk wanita yang terduduk disofanya.

"Hei, aku tidak apa-apa. Tenanglah" Oliv berusaha untuk menetralkan suaranya agar tidak bergetar.

"Aku tau kau sakit hati. Kamu menangislah jika kau mau" ujar Emillio sambil mengusap kepala Oliv.

Oliv menumpahkan air matanya setelah mendengar perkataan Emillio. Ia menenggelamkan wajahnya di dada Emillio.

"Sstt, kamu harus semangat. Oliv yang kukenal tidak pernah mengeluarkan air mata. Oh, ayolah aku akan memperkenalkanmu pada teman-temanku. Mereka semua tampan, tapi lebih tampan aku tentunya" Emillio berusaha membuat Oliv tersenyum lagi.

"Oh, atau kau ingin menjadi salah satu kekasih kakakku? Aku sarankan jangan Alex. Dia playboy cap kakung" ujar Emillio sambil terkikik. Oliv tertawa mendengar gurauan Emillio.

Ia mengangkat wajahnya. Ada bekas air mata di wajahnya.

"Kau cantik Oliv. Banyak pria diluaran sana. Atau mungkin kau sedang diuji oleh Tuhan. Jangan pernah menyesali masalah yang datang padamu. Jangan pernah menyesali apapun itu, karena itu semua cobaan agar kamu tetap kuat" Emillio mengusap pipi Oliv.

"Lebih baik masalah datang diawal, karena kita bisa mengatasinya. Daripada diakhir karena tidak memungkinkan kita bisa mengatasinya. Oliv, satu hal yang selalu kau ingat. Masalahmu itu masalah kecil. Jangan pernah berpikir jika masalahmu besar karena diluaran sana banyak yang mendapatkan lebih besar dari kamu" lanjut Emillio. Mata pria itu menatap mata Oliv.

"Sekarang cuci wajahmu, benahi make up mu. Kita bolos kerja. Hari ini dan sampai kapanpun kau mau kita bersenang-senang" ujar Emillio girang.

"Bersenang-senang kemana?" tanya Oliv dengan suara bergetar.

"Sudahlah. Ini kejutan. Cepat" Oliv beranjak lalu menuju pintu berwarna coklat.

Tak lama kemudian Oliv keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Emillio tersenyum. Lalu, keduanya berjalan keluar.

Beruntungnya mereka tidak bertemu dengan Isaac.

Kini Oliv tidak tau kemana tujuannya. Oliv menegakkan tubuhnya di kursi mobil ia menatap sekitarnya.

"Kita ke pantai?!" Oliv berujar dengan girang. Emillio menggeleng.

Setelah satu jam perjalanan. Akhirnya mobil milik Emillio berhenti.

Oliv dan Emillio turun. Wanita itu menatap takjub apa yang ia lihat.

Sebuah yacht besar dan mewah.

"Selamat datang Oliv!" seruan itu membuat Oliv tersenyum bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat datang Oliv!" seruan itu membuat Oliv tersenyum bahagia. Matanya berkaca-kaca.

Wanita itu terkekeh. Oliv menaiki yacht dibantu Emillio.

Disana sudah ada para saudara Emillio. Kecuali Isaac.

Erica, Chloe dan Lena memeluk Oliv secara bersamaan.

"Kalian disini" ujar Oliv bernada getar.

"Tentu saja! Jangan menangis, kita disini bersenang-senang!" ujar Erica. Oliv mengangguk sambil tersenyum. Ia mengusap air matanya.

Erica dan Chloe menarik tangan Oliv. Yang lain mengikuti dari belakang.

"Matikan ponsel kalian semua" ujar Alex.

Mereka semua mengangguk.
Erica dan Chloe membuka pintu besar dihadapannya.

Oliv terkejut setengah mati siapa yang duduk dikursi meja makan saat ini.

"Mommy! Daddy! Uncle! Aunty! Coba lihat aku siapa yang sudah datang" mereka semua yang duduk dimeja makan menatap Oliv.

"Oliv!" jerit wanita-wanita yang sudah berumur itu.

Enam wanita itu beranjak dari kursi mereka menghampiri Oliv, lalu memeluk Oliv.

"Haloo, Oliv. Aku Celine. Ibu dari Alex dan Erica. Yang memakai baju biru itu daddy Alex dan Erica" Oliv mengangguk sambil tersenyum. Ia juga membalas lambaian Vadez Wellace.

"Aku Georgia, aku ibu Isaac. Maafkan Isaac ya Oliv" ujarnya. Oliv tersenyum ia menggengam kedua tangan Georgia.

"Tidak apa, aku tidak mempermasalahkannya" ujar Oliv. Georgia tersenyum ia mengecup pipi Oliv.

Oliv juga menatap pria yang memakai baju merah, ia daddy Isaac, Venzelo Wellace.

Lalu, satu persatu memperkenalkan diri. Oliv nyaman disekitar mereka.
Semuanya tidak memandang rendah Oliv.

"Oliv" wanita itu menoleh kearah pria paruh baya yang ada disebelahnya. Ia adalah tuan besar alias kakek Emillio.

"Kau bersenang-senanglah disini sebelum kau pulang ke negaramu" ujar Fernandez Wellace. Oliv menatap pria tua yang disebelahnya dengan terkejut.

"Tidak usah terkejut. Dan tenang saja hanya aku yang tau" ujar pria itu sambil tersenyum.

Oliv tersenyum lega.

😈🌚😈🌚

Gimana ya reaksi Isaac? Mau lanjut hari ini atau besok?

Aku tunggu komen kalian.

Makasih ya udah nyepam komen di part 15.

Aku seneng di part 15 rame.

Terima kasih sudah
Vote ❤
Komen 💙
Dan Baca💚

Heartbreaks[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang