Hari ini, siswa dan siswi baru SMA Nevada telah selesai melakukan kegiatan MPLS. Mereka sudah mulai melakukan kegiatan belajar-mengajar seperti biasanya. Materi mulai banyak dan tugas-tugas mulai bermunculan.
Karena banyaknya materi yang harus dipelajari, siswa dan siswi baru diberikan izin untuk meminjam buku di perpustakaan sekolah.
Seperti sekarang ini. Aretha dan Hani yang menjabat sebagai sekretaris dan bendahara, harus rela meminjam buku untuk anak-anak kelasnya yang berjumlah sekitar tiga puluh siswa.
"Petugasnya di mana sih, Han? Capek gue nungguin," keluh Aretha sembari mendengus keras.
"Capek gue jawab pertanyaan lo!" seru Hani. Kemudian meninggalkan Aretha guna mencari buku yang menarik perhatiannya.
Aretha terkekeh ketika berhasil mengerjai sahabatnya. Mereka terpaksa menunggu ketika petugas perpustakaan ternyata sedang melakukan sholat di masjid depan.
Pandangan matanya tak sengaja menangkap sebuah tumpukan buku yang ada di depannya. Dengan perlahan, Aretha duduk di kursi yang berada di depannya sembari tangannya mengambil buku tersebut.
"Sukses itu diciptakan, bukan didapatkan." Aretha mengernyitkan alisnya ketika tangannya baru saja membuka lembar pertama dari buku yang berjudul 'motivasi'.
Lembar demi lembar ia buka, sembari matanya berfokus kepada tulisan-tulisan yang terketik rapi di dalam kertas.
"Kalo sukses diciptakan, semua orang berarti bisa sukses. Tapi nyatanya, takdir tetap segalanya."
Aretha terkekeh sekilas. Mungkin jika ada orang yang ada di tempat tersebut kecuali Hani, dirinya sudah dianggap tidak waras sekarang.
"Kalo gue jadi penulis, gue bakalan nulis buku tentang keindahan laut. Laut, is very-very extraordinary." Aretha berdecak kagum ketika membayangkan keindahan laut dengan gulungan ombak yang luar biasa.
"Dasar aneh!"
Sebuah suara menghentikan aktivitas Aretha yang hendak membuka halaman buku selanjutnya. Gadis tersebut menaikkan sedikit bukunya, hingga nampaklah seorang laki-laki yang sok dingin jika di hadapan semua orang.
"Kok bisa ada di sini?" tanya Aretha pada Rafa.
"Tempat umum, right?" tanya Rafa balik.
Aretha mendengus malas, kemudian bukunya ia tutup secara kasar. Ia terlalu jenuh karena sudah di sini selama kurang lebih lima belas menit.
"Kak Rafa...."
"Ada apa?" tanya Rafa disertai senyuman manis.
"Guru perpustakaan siapa namanya? Bu Anya, ya?" tanya Aretha.
Rafa terkekeh kemudian menyentil dahi gadis yang ada di depannya.
"Ish, Kak!"
"Kamu sama guru sendiri lupa namanya. Namanya bu Nia, bukan bu Anya." Rafa terkekeh. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menyugar rambutnya yang sedikit berantakan ke belakang.
"Dih! Sok keren," cibir Aretha.
"Tha... pulang aja, yo! Capek gue di sini," ajak Hani yang tiba-tiba telah berdiri di sampingnya.
"Eh, Kak Rafa." Hani tersenyum kikuk ketika menyadari bahwa kakak kelasnya ada di depannya.
"Lo yang tanggung jawab! Gue males kalo kena nyinyir anak kelas," jawab Aretha dengan wajah kesal.
"Lo 'kan jadi buah bibir sejak terlambat," jawab Hani sembari terkekeh geli.
Aretha mendengus, tatapannya beralih ke arah laki-laki di hadapannya yang diam menyimak pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Hubby (END)
Teen FictionPrivate acak Follow dulu sebelum baca! Tepi-tepi! Uwuphobia diharap mundur‼️‼️ Disarankan baca ini di tempat sepi. Nanti dikira kenapa-napa gara-gara senyum-senyum sendiri. Blurb Gimana ya rasanya kalau kita sebenernya dekat bahkan punya hubungan sa...