Bab Enam Belas

5K 378 6
                                    

Jangan lupa VCS, Re! Ikuti profil aku biar nggak ketinggalan cerita seru lainnya.

One vote, comment, and share means a lot to this story

************

"Saya terima nikah dan kawinnya Aretha Nafia Sabira binti Mahendra dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

Aretha menitikkan air matanya ketika statusnya kini telah berubah menjadi seorang istri. Ia benar-benar tak menyangka akan menyandang gelar tersebut di usianya yang masih tergolong muda.

"Ayo, Nak!"

Ibunya menuntun dirinya untuk keluar dari dalam kamar agar menemui Rafa, suaminya.

Ketika kakinya baru saja menapaki tangga, pandangannya langsung terkunci ke arah laki-laki yang sedang duduk di depan ayahnya, sembari menggunakan jas abu-abu.

Gadis itu kemudian dituntun ibunya untuk duduk disebelah Rafa. Rafa menyodorkan tangannya agar dicium oleh Aretha, kemudian Rafa menangkup wajah Aretha kemudian mencium keningnya.

Rafa kemudian memakaikan sebuah cincin platinum dengan hiasan batu permata di jari manis Aretha. Laki-laki itu sedikit mencondongkan tubuhnya untuk membisikkannya sesuatu ke telinga Aretha.

"You're mine."

—oOo—

Tidak ada resepsi seperti kebanyakan pernikahan. Tetapi, meskipun demikian, rumah keluarga Mahendra itu tetap ramai dengan adanya sanak-saudara.

"Rafa," ucap Aretha sambil menyenggol lengan Rafa dengan bahunya.

Rafa yang tadinya sibuk dengan pembicaraan aneh keluarganya langsung mengalihkan pandangannya ke arahnya. "Ada apa?"

"Capek," ucap Aretha lirih.

Rafa menganggukkan kepalanya paham. Laki-laki itu kemudian pamit kepada seluruh anggota keluarga untuk izin ke atas bersama Aretha.

"Inget, Raf! Kalian masih sekolah, jangan buat debay dulu!" teriak Satria dari bawah.

Begitu mereka berdua sampai di kamar Aretha, gadis itu langsung menghempaskan badannya di kasur empuknya.

"Nggak mandi dulu?" tanya Rafa sambil melepaskan bajunya.

"Ngantuk," ucap Aretha dengan mata tertutup. Lama-kelamaan kesadarannya terhempas, dan ia akhirnya menyelami alam mimpi.

—oOo—

Tidur Aretha terusik ketika sebuah kecupan-kecupan kecil terjadi di sepanjang wajahnya.

Gadis itu membuka matanya dan langsung disuguhkan dengan wajah Rafa yang sangat dekat dengan dirinya.

"Ish! Awas, Raf! Ngapain di situ, sih!" ucap Aretha kesal.

Gadis itu kemudian menaikkan selimutnya tetapi langsung ditahan oleh Rafa. "Makan dulu."

Aretha diam tak menanggapi ucapan seseorang yang kini telah menjadi suaminya itu. Alam kesadarannya kini telah berada di ambang-ambang.

"Ngantuk banget, ya?" tanya Rafa sambil berbaring di samping Aretha.

Aretha tetap tak menanggapi membuat Rafa harus memutar otaknya. "Mau tau nggak aktifitas yang buat nggak ngantuk? Main sama aku," bisik Rafa dengan suara rendahnya.

Aretha langsung menurunkan selimutnya, kemudian menatap horor ke arah Rafa. "Ini main!"

Aretha menarik pipi Rafa dengan gemas. Ah, senangnya sekarang ia sudah mempunyai boneka hidup di sampingnya.

"Sakit, Tha!"

Rafa langsung menghentikan perbuatan jahil istri kecilnya itu. Laki-laki itu kemudian mengukung Aretha yang kini sudah berada di bawahnya.

"Itu bukan main, sayang."

Rafa kemudian mengecup pipi Aretha dengan sangat lama. Kepalanya kemudian ia telungkupkan di leher Aretha sembari menghirup aroma yang menurutnya sangat memabukkan.

"Ih! Berat," ucap Aretha sambil mendorong tubuh Rafa yang menjulang di depannya.

Rafa menarik dirinya kemudian mengecup singkat bibir Aretha. Singkat, tapi bertubi-tubi.

"Manis," ucap Rafa kemudian berbaring di samping Aretha.

Ternyata belum sampai di sana kelakuan Rafa berhenti, laki-laki itu kemudian memeluk Aretha dengan sangat erat membuat gadis itu kesulitan bernapas.

"Lepasin, Raf!"

"Nggak mau," ucap Rafa.

"Woy! Turun kalian! Ngamar aja! Gue sebar ke grup OSIS kalo kalian nggak keluar-keluar!"

Teriakan dari Satria membuat Rafa terpaksa menguraikan pelukannya. Laki-laki itu beranjak dari tidurnya, tetapi sebelum itu ia kembali mencuri kecupan di pipi Aretha.

"Kamu nggak sadar kalo baju kamu udah ganti?"

Aretha membuka selimutnya. Benar saja, baju yang ia pakai saat akad tadi sudah berganti.

"Rafa!"

—oOo—


Aretha turun dengan muka bantal yang sangat kentara. Gadis itu berjalan sempoyongan ke sofa ruang keluarga, kemudian langsung memeluk Rafa yang sibuk dengan acara bolanya bersama sepupunya.

"Ngantuk banget, ya? Emang nggak tidur tadi malem?" tanya Rafa sambil mengusap punggung Aretha.

"Banyak pikiran, nggak bisa tidur."

Aretha semakin mengeratkan pelukannya pada Rafa. Gadis itu nampak menikmati ketika Rafa mengusap punggungnya dengan pelan.

"Kebo-kebo! Mentang-mentang udah sah pake pamer segala," ucap Satria sambil melempar bantal sofa ke arah Aretha.

Aretha menarik diri dari pelukan ternyamannya, kemudian menatap Satria dengan wajah garang. "Dih, syirik! Salah sendiri liat. Ngapain juga lo ke sini? Pulang sana ke habitat."

Satria tak menghiraukan ejekan sepupunya. Tiba-tiba dirinya teringat sebuah berita yang seharusnya sudah ia beritahukan kepada mereka dari kemarin.

"Gue denger di ruang guru itu, lo digadang-gadang ikut LCC kimia." Satria melihat ke arah Rafa yang sama sekali tak minat dengan topik pembicaraannya.

"Terus ngapain, Bang? Lo mau bantu do'a?" tanya Aretha dengan wajah menyebalkan.

"Lo tau, Tha. Partnernya menggiurkan. Nadia," ucap Satria.

"Lo nggak cemburu?" tanya Satria ketika Aretha diam tidak berkutik.

"Kenapa? Rafa bukan lo yang imannya gampang tergoda."

"Sialan lo, Tha!"

Bersambung


Ah, gencer banget aku update. Ikuti terus kisah RafAretha, ok.

Yudada babay

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang