Bab Tiga

8K 490 0
                                    

Setelah mereka—Aretha dan Rafa menghabiskan beberapa menit di warung yang menjual makanan bakar bernama sate, mereka kini telah berada di ruang keluarga dengan Aretha yang terus bersandar pada Rafa.

"Kamu udah bilang sama mama, 'kan?" tanya Aretha untuk yang kesekian kalinya.

"Butuh pembuktian?" tanya Rafa yang dibalas gelengan kepala oleh Aretha.

Rafa yang merupakan sahabat dari Satria—sepupu Aretha, tentu mengenal baik keluarga gadis tersebut. Terlebih lagi perumahannya dengan Aretha satu kompleks, jadi tidak ada kata tidak akrab dalam diri Rafa dengan sang calon mertua.

Aretha merapatkan tubuhnya ke arah Rafa, kemudian mendusel-dusel tubuh laki-laki itu—mencari kenyamanan dalam tubuh tersebut. "Alana kapan pulang?" tanya Aretha dengan mata setengah terpejam.

"Bentar lagi mungkin. Dia masih les musik," jawab Rafa. Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap rambut Aretha agar gadis tersebut sedikit tenang dengan tidurnya.

"Tidur di kamar, ya?" tanya Rafa ketika menyadari Aretha bergerak tak nyaman.

"Banyak setannya."

Rafa terkekeh mendengar jawaban dari Aretha. "Capek banget kayaknya. Habis ngapain? Padahal aku nggak nerkam kamu lho."

"Diem! Berisik tau nggak!" bentaknya. "Orang mau tidur diajak ngomong. Gimana bisa tidur?!"

"Lah ini kamu malah ngomel," jawab Rafa membuat Aretha memukul paha lelaki tersebut dengan sangat keras.

"Diem ish!"

"Iya," jawab Rafa. Tangannya terulur mengusap kepala Aretha perlahan. Ia tahu jika pacarnya ini amat-sangat lelah karena insiden mencari tanda tangan GARIS di sekolah.

Setelah dirasanya Aretha benar-benar memasuki alam mimpi, Rafa langsung membopong tubuh kecil itu untuk diletakkan di tempat yang nyaman.

—OoO—

Pemilik manik mata cokelat kini telah mengerjapkan matanya perlahan, dan kernyitan langsung terukir jelas di pemilik wajah tersebut.

"Perasaan gue tadi tidur di sofa," gumam Aretha. Kemudian ia langsung menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, ia langsung bernafas lega ketika pakaiannya masih melekat di tubuh.

"Mikirin apa kamu?" Aretha terlonjak ketika sebuah suara berhasil mengagetkan dirinya.

Di sana, Rafa sedang menatap dirinya dengan menampilkan sebuah smirk yang membuat tubuh Aretha bergidik.

Rafa mendekat ke arah ranjang kemudian duduk disamping Aretha. "Kotor otak kamu," ucap Rafa sambil tersenyum. Senyum menyebalkan menurut Aretha sekarang.

"Enak aja kalo ngomong," ucap Aretha kemudian berlari ke arah kamar mandi.

Hoek... hoek...

Aretha memuntahkan semua makanan yang tadi ia makan bersama Rafa ke wastafel. Mungkin efek kepalanya pusing akibat tidur siang, ditambah lagi ia langsung tidur setelah makan sate di pinggir jalan.

Rafa memijat tengkuk Aretha perlahan. Ia menghela nafasnya kasar, selalu seperti ini jika Aretha tidur di siang hari. Sebenarnya ia ingin melarang, tapi melihat wajah kelelahan Aretha membuatnya tak tega.

"Kamu ngapain di sini? Nggak jijik?" tanya Aretha.

"Kesehatan kamu itu utama."

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang