Bab Sembilan Belas (a)

5.6K 387 10
                                    

"Tha ...."

Hening. Masih tak ada sahutan dari sang pemilik nama.

"Sayang," panggil Rafa lagi. Aretha memalingkan wajahnya ke jendela mobil.

Tidak lama setelah itu, mereka telah sampai di kediaman keluarga Mahendra. Tanpa menoleh ke arah Rafa, Aretha langsung masuk dan meninggalkan Rafa yang menggelengkan kepalanya heran ke arah Aretha.

"Assalamu'alaikum, Ma!" ucap Aretha sambil mengetuk pintu.

"Waalaikumussalam. Loh, kok sendiri? Mana Rafa?" tanya Erika bingung.

"Di garasi kali. Aretha ke dalem dulu, Ma. Capek."

Gadis itu langsung menaiki undakan tangga dan menuju ke kamarnya. Tanpa berlama-lama, Aretha langsung menyambar handuk dan membersihkan badannya yang terasa sangat lengket.


—oOo—

Rafa membuka kamar yang kini ia tempati berdua dengan Aretha dengan perlahan. Di taruhnya tumpukan buku ke atas nakas. Mendengar suara gemericik air, ia yakin bahwa Aretha sedang mandi sekarang.

Laki-laki itu langsung melepaskan seragam yang melekat di tubuhnya, kemudian membuangnya secara asal. Rafa menepuk keningnya ketika menyadari jika ada pekerjaan yang belum ia selesaikan saat ini.

"Mampus saham melayang kalo sampe lupa."

Laki-laki itu berkutat dengan laptopnya sampai tak menyadari jika Aretha sudah keluar dari kamar mandi. "Rafa! Kok bajunya nggak dipake, sih?!"

Rafa yang sedang mengetik sampai terkesiap ketika mendengar suara melengking Aretha. "Kenapa? Cuman nggak pakai baju, 'kan? Nggak telanjang."

Aretha mendengus kemudian ia menghampiri Rafa yang masih sibuk dengan laptopnya. Dengan jahil, Aretha menempelkan rambutnya yang basah ke tubuh Rafa membuat laki-laki itu berdecak.

"Ck. Tadi siapa yang marah-marah nggak jelas? Sekarang malah nempel kaya perangko," sindir Rafa.

"Biarin," ucap Aretha sambil memeluk Rafa erat. "Kamu ngapain sih, Raf?" tanya Aretha penasaran.

Laki-laki itu langsung menghalangi pandangan Aretha dengan tubuhnya. Tak sampai di situ saja, Rafa menutup wajah Aretha dengan telapak tangannya membuat gadis itu berdecak kesal.

"Rafa! Nggak usah jahil, ih!" ucap Aretha berusaha menyingkirkan tangan suaminya.

Rafa menurunkan tangannya dari Aretha, tetapi sebagai gantinya Rafa menarik tubuh Aretha hingga gadis itu sama-sama berbaring di karpet yang sama dengan dirinya.

Wajah mereka saling berdekatan sampai deru nafas mereka dapat terdengar satu sama lain. "Tadi kenapa marah?" tanya Rafa sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Aretha.

"Nggak marah, cuman kesel aja. Kamu hampir buat aku nangis di depan umum, tau nggak? Aku kira kamu bakalan nolak buat nyanyi tadi. Eh, ternyata nggak."

"Memangnya siapa yang mau nolak, sih?" tanya Rafa sambil mencium pipi Aretha yang sedikit menggembung akibat tertekan oleh karpet. "Tapi harusnya tadi di buat nangis dulu, ya?"

"Aku udah nangis tadi, ya gara-gara kamu! Nggak lihat, apa?!"

"Lihat. Tapi kurang keras," jawab Rafa sambil mendekap tubuh Aretha.

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang