Bab Dua Puluh Lima

5.3K 350 8
                                    

"Aretha!"

Ghisanka berdiri di hadapan Aretha membuat Hani menghentikan dorongannya.

"Gue mau bicara sama lo."

"Ini istirahat, kalo lo mau bicara nanti. Kita juga butuh asupan nutrisi kali," jawab Hani malas.

Ghisanka menatap tak suka dengan teman Aretha itu. Gadis itu terlalu cerewet dan bar-bar. Benar-benar tak punya sopan santun.

"Han, lo duluan aja."

"Tapi kalo Kak Rafa cariin gue harus gimana?" tanya Hani.

"Nanti gue nyusul kok. Bilang sama dia kalo gue ada urusan," jawab Aretha.

"Terus yang anter lo siapa?"

"Gue yang anter di ke sana. Mending lo cepetan cari asupan lo!" usir Ghisanka.

Hani menatap sinis ke arah kutu buku kelas itu. Gadis itu benar-benar berubah drastis. Dulu, anak itu ansos sekali, tapi sekarang gadis itu mulai berani menyahuti ucapan orang lain dengan kata-kata sinis.

Setelah kepergian Hani, Ghisanka mendorong kursi roda Aretha agar kembali memasuki kelas. Cukup lama mereka sama-sama terdiam, sebelum Ghisa menanyakan sesuatu hal yang di luar prediksinya.

"Gimana pernikahan lo sama kak Rafa? Udah isi?" tanya Ghisa tanpa ada kata-kata sinis ataupun mencibir di dalamnya.

"Pernikahan? Jangan ngaco lo!"

Ghisa terkekeh sekilas. "Lo jangan takut, gue nggak akan sebarin kok," ada jeda sejenak sebelum gadis itu melanjutkan ucapannya, "asal lo tau, yang buat lo nikah sama kak Rafa itu gue. Dan gue mau minta maaf."

"Lo? Lo akar permasalahannya?! Tapi kenapa?! Gue nggak pernah buat jahat sama lo, tapi lo tega, ya!"

"Calm down," ucap Ghisa dengan wajah santai. "Memang lo nggak punya salah sama gue. Tapi dulu gue ngira kalo Satria suka sama lo, jadi gue pengen buat lo jauh dari Satria."

Ketika Aretha hendak memotong ucapannya, Ghisanka lebih dulu melanjutkan kalimatnya. "Gue baru tau ini kalo Satria ternyata sepupu lo. Perhatiannya hanya bentuk kasih sayang keluarga."

"Makanya kalo mau ngapa-ngapain selidikin dulu!"

"Tapi gue berjasa, 'kan?" tanya Ghisa sambil tersenyum misterius. "Gue lihat-lihat Kak Rafa sayang banget sama lo. Jadi lo beruntung banget. Sedangkan gue, gue nggak dapet apa-apa dari kelakuan gue. Lo tetep deket sama Satria."

"Itu karma. Orang nggak bersalah lo ajak masuk ke dalam permasalahan diri lo," ucap Aretha.

"Gue tau. Gue mau minta maaf atas hal itu. Gue memang benci sama lo, tapi seenggaknya gue nggak senekat Salma."

"Nggak senekat Salma? Lo lebih parah daripada kakak kelas itu asal lo tau!" jawab Aretha.

"Tapi lo bahagia, 'kan? Jadi sebagai imbal baliknya gue minta nomor hp Satria. Seterusnya biar gue yang lakuin."

Aretha mengerjapkan matanya. Sebenarnya, gadis ini berniat meminta maaf, ataukah meminta nomor hp sepupunya?

"Sebenarnya gue nggak rela kalo sepupu gue pacaran sama cewek licik kaya lo. Tapi, sebagai balas budi gue kemarin, gue kasih."

Senyum Ghisanka langsung merekah. Ah, tak salah jika Aretha disebut-sebut sebagai malaikat tak bersayap Nevada.

—oOo—

Seperti ucapannya tadi. Kini Ghisanka mengantar Aretha untuk pergi ke kantin. Suasana kantin sangat-sangat ramai karena ini adalah istirahat pertama. Istirahat yang di mana uang saku mereka masih dalam keadaan full.

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang