Bab Enam

5.9K 402 0
                                    

One vote, one comment, and one share means a lot to this story


Happy Reading Refidelsa


Setelah melakukan praktek olahraga, Aretha dan Hani langsung mengganti pakaian olahraga mereka dengan baju seragam sebelumnya.

"Lo bawa minyak wangi, Tha?" tanya Hani.

"Di tas, ambil sana!"

"Lo beresin baju gue," ucap Hani yang dibalas acungan jempol oleh Aretha.

Aretha terkesiap ketika tiba-tiba angin kecil berhembus di tengkuknya. Dirinya membalikkan badan, dan matanya langsung disuguhkan dengan penampilan Rafa yang tak biasa dari hari-hari biasanya.

"Pakein." Rafa menyodorkan dasi ke tangan Aretha, dan langsung diterima oleh gadis tersebut.

"Agak nunduk," ucap Aretha.

"Dasar pendek."

"Enak, aja! Udah masuk kriteria timnas basket di bilang pendek," jawab Aretha tak terima.

Tangan Aretha dengan terampil membentuk simpul dasi dengan telaten. Gadis itu tersenyum puas ketika beberapa menit akhirnya terbentuk dasi yang rapi di kerah Rafa.

"OSIS ada opening pengurus, mau ikut?" tanya Rafa.

"Opening-opening. Emang ceremony, apa?" tanya Aretha heran.

"Iya. Opening ceremony pernikahan kita," ucap Rafa sembari merangkul bahu Aretha dengan sebelah tangannya.

Aretha berusaha menyingkirkan tangan laki-laki yang berada di bahunya dengan tangannya, namun tenaganya tak sebanding dengan laki-laki di sampingnya.

"Awasin, Raf! Kalo ada orang gimana?"

"Emang kenapa kalo ada orang? Kamu juga nggak jadi PHO. lagian sekolah ini milik papa aku," jawab Rafa dengan senyum sombong.

"Mulai," cibir Aretha.

"Ayo ke kantin!" Rafa menggenggam tangan Aretha dengan sangat erat, supaya gadis itu tak melarikan diri darinya.

"Nggak mau!"

"Yaudah aku ke kelas Nadia, mungkin dia mau."

"Awas kalo kamu berani!" Aretha mengangkat jari telunjuknya tepat di wajah Rafa. Tetapi bukannya takut, Rafa justru terkekeh.

"Siapa takut?" tantang Rafa.

"Oke. Kamu bawa Nadia-Nadia itu, aku bawa cowok yang di kelas aku. Gimana?" tanya Aretha dengan wajah menyebalkan.

"Gampang. Aku minta papa buat drop out cowok itu."

"Mana boleh kaya gitu?!" tanya Aretha tak terima.

Rafa tertawa ketika berhasil menggoda pacarnya habis-habisan. Tangannya bergerak ke puncuk kepala gadis itu, kemudian mengacak-acak rambutnya sekilas.

"Dasar jelek."

"Kamu yang lebih jelek!"

—OoO—

Aretha memandang punggung tegap yang berdiri sekitar satu meter di depannya. Langkah kaki santai, dengan pandangan mata dingin, mampu membuat siswi kelasnya langsung terdiam karena pesona laki-laki itu.

Kantin kini sudah nampak ramai karena bel istirahat yang kedua sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.

Ingin rasanya Aretha berteriak jika laki-laki yang menjabat sebagai ketua OSIS adalah pacarnya. Namun dirinya harus mengubur dalam-dalam rasa posesifnya sementara di lingkungan sekolah.

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang