Bab Delapan

5.6K 421 2
                                    

Jangan lupa untuk pencet bintang di pojok kiri bawah. Gratis tanpa dipungut biaya.

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G

Pagi yang cerah, tak secerah wajah Aretha yang tergesa ketika menyadari bahwa dirinya kembali melakukan kesalahan.

Dirinya kembali bangun terlambat untuk yang kedua kalinya.

Gadis itu tergesa-gesa menuruni tangga. Bahkan ia menggunakan sepatu sembari berlari.

"Duduk, Dek."

Aretha melirik mamanya sekilas. Mana bisa dirinya duduk jika beberapa menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

"Genting ini, Ma. Lagian Aretha kenapa nggak dibangunin, sih?" tanya Aretha menggerutu.

Rio turun dari tangga sembari menyampirkan tasnya di bahu. Laki-laki itu sedikit menyentuh tubuh Aretha yang sedang menggunakan sepatu sembari berdiri, membuat gadis itu langsung tersungkur.

"Kakak!"

Aretha menatap tajam Rio yang malah melewatinya tanpa menoleh ke arahnya.

"Rio, kamu ini!"

Erika menggelengkan kepalanya heran. Putranya ini masih sering menjahili adiknya. Padahal, laki-laki itu sudah berada di bangku kuliah sekarang.

"Papa, lihat Kakak. Masa Aretha pakai sepatu di dorong," adu Aretha sambil menghampiri papanya yang baru saja turun dari tangga.

Laki-laki paruh baya itu kemudian merangkul putrinya dan membawanya ke meja makan.

"Dasar anak mama," cibir Rio.

"Aretha 'kan memang anak mama. Kalo Kak Rio, 'kan, anak buangan." Aretha tertawa ketika melihat wajah kakaknya yang langsung tertekuk.

Sedetik kemudian dirinya teringat bahwa ia melupakan bahwa jam sudah menunjukkan pukul 06. 50.

"Mama, Aretha telat!" serunya. Gadis itu kemudian menyalimi mama dan papanya secepat kilat.

"Eh, gue di sini," ucap Rio membuat Aretha mendengus.

"Apa?!" tanya Aretha jutek. "Aku berangkat, Kak." Gadis itu kemudian membisikkan sesuatu hal membuat kakaknya itu mendelikkan matanya. "Aretha pengen punya ponakan, buatin Kak."

"Aretha pamit, Ma, Pa. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam."

—oOo—

Decakan kesal berulang kali keluar dari mulut seseorang yang berada di samping Aretha saat ini. Gara-gara dirinya tak melihat grup kelas, kini dirinya harus dihukum untuk ke dua kalinya.

"Tha, lo nggak takut panas apa?" tanya Genta—teman sekelas Aretha yang senasib dengannya.

"Bawel banget lo jadi orang! Dia yang cewek aja diem, lo ngoceh aja daritadi!" jawab Ali kesal.

Aretha yang mendengar perdebatan teman sekelasnya berusaha acuh. Dirinya malas jika harus meladeni mereka dan berujung hukumannya yang tidak selesai.

"Anjir! Kakak kelas lewat!" seru Genta. Laki-laki itu berlari mendekati Aretha dan bersembunyi di pundak gadis tersebut.

"Lo itu kenapa, sih!" Aretha mendorong tubuh Genta hingga laki-laki itu hampir terjatuh jika ia tak pandai menyeimbangkan badan.

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang