Bab Dua belas

5.2K 385 5
                                    

Perwakilan Kelas

Nggak kenal telah menambahkan anda

Aretha membelalakkan matanya, ketika baru saja ia membuka WhatsApp, Rafa yang kontaknya sudah ia ganti dengan 'nggak kenal', menambahkannya dalam grup PK.

+628XXX @Nadia
Siapa yang kamu tambahin, Raf?

+628XXX @RenRen
Kayaknya anak cewek. Kelas X kali, Nad.

BangSat ria
Jangan out of topic. Kita bahas urusan besok.

+628XXX  @Stefan
2

+628XXX @Laura
3

BangSat ria
Gue serahin ke Rafa. Lo yang jelasin hasil rapat tadi.

Nggak kenal
Besok berangkat jam sembilan dari sekolah. Usahakan berangkat lebih awal, jangan terlambat. Kalian kasih tau temen-temen kalian, buat bawa uang lebih. Nanti kalian ambil, kita kumpul di aula.

+628XXX @Nadia
Denger tuh! Jangan terlambat.

+628XXX @RenRen
Iya, Nad. Adik kelas suka ngaret.

Aretha melemparkan ponselnya secara asal. Sebenarnya Rafa ingin balas dendam atau gimana? Kenapa harus pakai kata-kata terlambat jika tidak ingin balas dendam dengannya.

Mana si Nadia caper lagi.

Ponselnya berdering. Dengan cepat tangannya meraba-raba kasurnya, kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Halo," ucap Aretha tanpa melihat nama pemanggil.

"Assalamu'alaikum dulu kek, Tha."

"Lo nggak pantes di sopanin, Han."

Aretha menutup seluruh dengan selimut. Rasa-rasanya ia ingin menangis dan menumpahkan segala kekesalannya dengan bantal.

"Han. Gue sama Rafa putus."

"Oh .... LHO, KOK BISA?!"

Aretha menggulingkan badannya dengan gelisah. "Nggak tau! Tapi waktu itu Rafa tanya gini 'putus?' terus aku jawab 'oke, kalo itu mau kamu' itu putus bukan?"

Terdengar helaan nafas dari sambungan telepon. Entahlah, meskipun Hani adalah sahabat terjahil yang suka mengerjai Aretha habis-habisan, tetapi gadis itu masih mempunyai belas kasihan yang hanya bisa dirasakan oleh Aretha.

"Sebenarnya persepsi putus kayak gimana sih, Han?! Tadi gue juga ketemu Rafa di tempatnya Satria, dia nyenggol bahu gue hampir jatuh. Lo tau sendiri bahunya Rafa kaya gimana? Badannya bongsor kaya git—"

"Lo jangan buat gue menghalukan seorang badan laki-laki yang bukan mukhrim, ya."

"Ya nggak usah dibayangin juga! Lo pikir gue terima, apa?!" ucap Aretha kesal. "Tapi serius Han, gimana?!"

"Persepsi putus ya kalo ada kesepakatan. Dia tanya lo mau putus, dan lo jawab dia kaya gitu berarti putus."

"Gue jadi mantan dong?!" tanya Aretha kesal sendiri.

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang