Bab Sembilan Belas (b)

5.3K 362 15
                                    

Pusing mikirin hidup, guys! Canda. Alah ini alur nggak jelas banget. Jangan misuh kalian ya

Komwel, Refidelsa. Lopyu

One vote, comment, and share means a lot to this story

Happy Reading




Rafa tersenyum meskipun matanya kini tertutup. Ia tahu pergerakan dari kasurnya bahwasanya istri kecilnya itu tidak dapat tidur sehabis pulang dari bioskop.

Bahkan gadis itu sampai sekarang masih setia memegangi lengannya meskipun selalu ia tolak sedari tadi.

"Rafa ...."

Aretha menggoyangkan lengan Rafa agar laki-laki itu membuka matanya. Tetapi nihil, laki-laki itu sama sekali tak memperdulikan dirinya yang merasa ketakutan sekarang.

"Raf, bangun ih!"

Aretha mengecup pipi Rafa agar laki-laki itu terbangun. Tetapi bukannya membuka matanya, Rafa malah kian menyembunyikan wajahnya di balik selimut.

Aretha membuka selimut tersebut kemudian memeluk leher Rafa sangat erat. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa ada yang memperhatikan dirinya sekarang.

"Raf ... bangun, sih!" Aretha masih sibuk merengek sambil menciumi wajah suaminya agar terbangun. "Aku nggak bisa tidur, Raf."

Aretha menyerah untuk membangunkan Rafa. Laki-laki ini sekarang sudah berubah menjadi kebo hidup ketika tidur.

"PR gue," ucap Aretha sambil menepuk keningnya. Dengan cepat gadis itu langsung beranjak dari tempat tidurnya, kemudian mencari buku kimia untuk mengerjakan tugas rumahnya.

Saat asyik-asyiknya mengerjakan PR, lampu rumah tiba-tiba mati membuat gadis tersebut langsung berteriak nyaring.

"Rafa!"

Ternyata bukan sampai di situ saja, tiba-tiba dari arah balkon terdengar sebuah suara yang Aretha yakini sebuah benda yang membentur kaca balkon tersebut.

Aretha langsung berlari ke arah tempat tidur. Tetapi sebelum itu, sebuah keberuntungan sepertinya masih tidak berpihak pada gadis tersebut. Kaki Aretha tidak sengaja menabrak nakas membuat gadis itu langsung terduduk di tengah-tengah gelapnya kamar.

"Raf ... nyebelin banget sih, kamu! Gara-gara lihat bioskop jadi kayak gini, kan! Bukannya bantuin malah tidur kamu ini."

Aretha menutup wajahnya sambil terisak. Antara sakit dan takut kini mendominasi dalam tubuhnya. Tetapi, laki-laki yang kini menjadi suaminya bahkan tidak membuka matanya sama sekali.

"Salah siapa nggak tanya mau diajak ke mana, giliran takut nyalahin orang."

Laki-laki itu bergumam sambil menaikkan selimutnya. Rafa seakan tak perduli dengan ketakutan dan kesakitan yang dialami Aretha sekarang.

"Rafa ... hiks ... kamu nyebelin banget jadi orang. Nanti Aretha tinggal pergi baru tau rasa."

Aretha terisak-isak sambil menutup telapak tangannya. Ia kira Rafa akan turun dan menenangkannya tetapi laki-laki itu acuh tak acuh dengannya.

"Kamu jahat banget sih, Raf."

Tanpa sadar Rafa menyunggingkan senyumannya. Sebenarnya ia sama sekali tidak tidur sejak Aretha memeluk lengannya. Ia hanya berniat mengerjai Aretha hingga gadis itu menangis.

"Jelek banget, sih, kalo nangis." Rafa mendekap tubuh Aretha dengan sebelah tangannya membawa senter. "Udah jangan nangis. Nggak malu udah kelas X juga."

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang