Bab Dua Puluh Tujuh

5.3K 362 15
                                    

Ada tiga faktor seseorang menjauh sebelum kita sentuh. Gengsi, nggak suka, atau ada hati yang harus dijaga
—Arshaka Airus Athailah

********

"Woi! Siniin bukunya si kubu! Gue juga mau lihat, kali!"

Galen mengejar Genta yang membawa buku milik si kubu, atau kutu buku alias Ghisanka itu. Laki-laki itu langsung mengambil paksa buku yang berisi jawaban kimia, membuat sang empunya buku tak terima.

"Gue udah baik-baikkin kalian, lho! Sampe rusak, mati lo semua!"

"Dasar nenek lampir! Nggak sampe goceng ini buku," jawab Galen sambil menulis.

Tak beda hal dengan kaum perempuan. Jika para laki-laki berebut buku sambil berlari-lari, mereka malah membentuk lingkaran di depan kelas sambil menggosip ria. Hanya Ghisa, Lea, dan dua siswi lainnya yang tak heboh mencari jawaba. Satu lagi, Aretha. Sebab gadis itu belum datang sampai sekarang.

"Ini mumpung nggak ada Aretha, ya. Menurut kalian, antara si kak Nadia, kak Rafa, sama Aretha, cocok yang mana?" tanya Hani.

"Gue sih, Aretha. Temen kita juga," jawab Lita.

"Gue juga."

"Asal lo tau aja, Han. Kak Nadia itu baiknya cuman ada anggota OSIS. Ada kak Rafa sama kak Satria gitu dia baik. Kalo di kelas itu katanya kayak sok gitu, karena merasa pinter gitu," ucap Vio.

"Dia juga kayaknya benci banget sama Aretha, cuman pinter banget sembunyiinnya. Kayak-kayak ikhlas. Biar di kasihanin kali. Biar semua pada benci sama Aretha," ucap Lita.

"Tapi si Nadia itu nggak nunjukkin reaksi sama Aretha," jawab Hani.

"Emang lo tau? Yang dikirim Galen itu pasti juga suruhan si Nadia. Secara 'kan, mereka berdua tu satu geng."

"Eh, yang nampar Ghisa siapa namanya?" tanya Liona angkat bicara.

"Salma sama Yura. Kenapa?"

"Itu beneran di keluarin?" tanyanya lagi.

"Iyalah. Nggak di kasih surat pindah lagi. Mantul itu!" jawab Hani.

"Tapi gue denger-denger dari kakel, dia boleh sekolah, asalkan di luar kota gitu. Citranya jelek banget sumpah," ucap Vio.

"Woy! Ngerumpi mulu! Ghibah apa nyalin!" Galen langsung menyambar sumber anak perempuan itu.

"Galon!"

Galon berlari mengelilingi ruangan kelas ketika dirinya di kejar oleh teman perempuannya. Dirinya dikepung membuatnya harus memutar otak. "Genta! Tangkep!"

"Genta! Lo ikut-ikutan gue tebas lo, ya!" bentak Hani.

"Ini itu mau masuk bego! Nggak usah jahil, deh!" ucap Lita sambil berlari mengejar Genta.

Mereka asyik berlari mengelilingi kelas, sampai tidak menyadari jika ketua OSIS mereka berada di ruangan tersebut.

"Kalian ini kenapa?" tanya Aretha heran. Mereka semua langsung menoleh ke arah sumber suara. Mata mereka langsung terbuka lebar ketika kakak kelas, sekaligus ketua OSIS mereka menatap kelakuan kelas mereka dengan datar.

"Sejak kapan lo di situ, Tha?" tanya Galen kikuk.

"Emang lo nggak denger ada orang buka pintu?" tanya Aretha balik.

"Gue malu sumpah, Han," ucap Lita sambil berbisik.

"Lo kira gue nggak?"

Rafa mengusap rambut Aretha, kemudian tersenyum cerah ke arah gadis tersebut. "Nanti kalo istirahat tunggu aku ke sini, ya. Jangan ke mana-mana dulu."

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang