Bab Dua Puluh Dua

5.2K 351 5
                                    

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi umat islam! Semangat terus, ya semua!

Jangan lupa Vote, Coment, Share.

HR

Setelah acara di mana Rafa memeluk tubuh Aretha di depan lapangan. Kini mereka kembali lagi ke rumah sakit karena kondisi Aretha yang masih belum stabil.

"Serius ini lo, Tha?!" tanya Hani yang dibalas anggukan kepala oleh gadis itu.

"Ya Allah! Gue seneng banget!"

Hani langsung memeluk tubuh sahabatnya itu dengan sangat erat. Setengah bulan tanpa Aretha itu sunyi, tidak ada teman yang ia ajak debat seperti biasanya.

"G-gue seneng banget waktu denger lo dari temen-temen kalo kak Rafa pelukan sama lo di lapangan, Tha. Semuanya ... hiks ... kaya nggak mungkin. Lo pernah henti jantung waktu itu."

Hani terisak di bahu Aretha sekarang. Mungkin siapa pun yang mengira Hani sedang pencitraan, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya ia sudah menganggap Aretha saudaranya sendiri.

"Udah, ya? Gue udah sehat, nih! Tinggal sembuhnya aja," ucap Aretha sambil mengusap naik turun bahu Hani.

Gadis itu menguraikan pelukannya kemudian menyeka air matanya yang masih saja mengalir di pipinya.

"Lo bisa nggak, sih, nggak usah nolongin orang dan buat diri lo terluka kaya gini. Jadi orang jangan bego, sih, Tha!" ucap Hani dengan nada serius.

"Lo tau gue nolong orang?" tanya Aretha.

"Ya tau lah! Asal lo tau, ya. Si Mauren gila yang lo tolong itu, bukannya terima kasih malah kayak anjing kelakuannya sekarang," ucap Hani dengan wajah kesal.

"Lo itu ngomong apa sih, Han! Kok jadi kaya gini, lho?"

"Eh, gue kayak gini gara-gara lo, ya! Kalo aja lo nggak nolong adeknya si Mauren itu, mana mungkin dia gue bilang anjing."

Brak!

Pintu ruangan Aretha dibuka dengan kasar, dan muncullah para sahabat Rafa tak lupa serta sepupunya, Satria.

"Dek mau numpang ke kamar mandi, ya. Nggak tahan ini," ucap Gibran.

"Tapi, Kak—"

Belum sempat Aretha menyuarakan isi hatinya, laki-laki itu langsung mendorong asal kamar mandi.

"Si Anjing! Lo ngapain di situ, Raf!"

Gibran memegangi dadanya yang berdebar karena kemunculan Rafa yang tiba-tiba dari dalam kamar mandi. Rafa melirik laki-laki itu sekilas, kemudian berlalu menuju ke brangkar Aretha tanpa menjawab pertanyaan asal dari Gibran.

"Dasar! Orang nggak punya sopan santun kaya gitu. Untung si Rafa udah selesai, kalo telanjang kaya mana coba?!" ucap Arsha.

"Biarin! Sewot lo, Ar!" teriak Gibran dari dalam kamar mandi.

"Makan, ya?" tanya Rafa sambil mengusap rambut Aretha.

"Kamu sana yang makan! Orang belum makan kok nyuruh-nyuruh," ucap Aretha sedikit sebal.

Rafa menghela nafasnya pasrah. Tanpa disangka-sangka, laki-laki itu langsung mengecup pelipis Aretha, membuat gadis itu membelalakkan matanya.

"Rafa!"

"Gila nih, cowok. Main sosor aja," ucap Gibran yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Hani sendiri masih mengerjapkan matanya tak percaya melihat tindakan kakak kelasnya. Matanya mengarah ke arah Satria yang seolah membiarkan perbuatan Rafa kepada sepupunya.

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang