Bab Satu

14.7K 689 6
                                    

Aku bisa manggil pembaca setia itu Refidelsa, Fidèle yang berarti setia.

Jangan lupa vote, komen, dan share link cerita ini (◠‿◕)

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G

**********

Mentari tersenyum cerah, membangunkan setiap jiwa yang masih bergelung indah di atas tempat tidur. Sama halnya dengan Aretha, gadis yang baru saja diterima di sekolah barunya SMA Nevada. Ketika jam menunjukkan pukul 06.45, dirinya masih nyenyak di dalam mimpi.

Ceklek!

"Dek, bangun! Sekolah nggak kamu?" tanya Erika---ibu dari Aretha.

"Lima menit lagi Ma," jawab Aretha sambil menaikkan selimut hingga kepalanya.

"Berangkat jam berapa kamu? Ini udah jam 06.45, hari pertama masuk lho ini." Aretha langsung menurunkan selimutnya kasar, badannya terduduk dan menatap mata ibunya dengan tatapan memelas.

"Ma... kenapa nggak bangunin daritadi sih?" Aretha merengek sambil menghentakkan selimutnya. "Nanti kalo Aretha di hukum gimana Ma? Belum lagi kakak kelas yang nyinyir nanti. 'Kan Aretha nggak sekuat Mama dulu."

"Makanya cepetan mandi, jangan malah ngomel. Telat nanti malahan."

"Mama! Gimana ini?!" tanya Aretha frustasi.

"Makanya cepetan mandi, lima menit lho buat kamu ngoceh."

Dengan langkah seribu, Aretha langsung menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

-OoO-


Aretha mendesah pasrah ketika melihat gerbang sekolahnya kini tertutup rapat. Apakah dirinya harus membolos di hari pertama? Ia menggelengkan kepalanya pelan, bisa-bisa ia di ceramahi kakaknya jika mengetahui bahwa dirinya membolos.

Ponsel yang berada di saku bajunya bergetar membuat kegiatannya terhenti sejenak.

Hani
Aretha, lo di mana? Udah mulai acaranya ini

07.30

Aretha! Lo absen? Sakit atau gimana?

07.31

His! Jangan buat gue khawatir gih, Aret! Gue daritadi di lihatin kakel gara-gara bukain hp.

07.35

ARETHA! NYEBELIN BANGET LO!!!

07.38

Bodo! Gue jamin lo kesel kalo lihat kelakuan doi lo

07.40

Aretha memijit pelipisnya pelan, kenapa ia harus bangun kesiangan di hari pertama MPLS? Ia melihat ke dalam pelataran sekolah yang tak ada satupun siswa maupun siswi yang berada di halaman tersebut. Aretha rasanya ingin menangis, ketika tak ada satupun satpam yang berada di pos tersebut.

Ia mundur beberapa langkah---kemudian melangkahkan kakinya hendak meninggalkan sekolah tersebut. Lagi pula untuk apa ia berada di depan sekolah jika ia tidak dapat masuk dan hanya berdiri di depan gerbang.

"Loh, kenapa nggak masuk?" Aretha terperanjat ketika sebuah suara tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Murid baru atau gimana?" tanya seseorang tersebut yang Aretha yakini adalah satpam di SMA .

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang