Dua Puluh (b)

5.2K 359 8
                                    

Lelah, itu yang Rafa rasakan kali ini. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika kakinya baru saja sampai di rumah sakit, dirinya langsung melihat sendiri layar monitor Aretha menunjukkan garis lurus beberapa detik. Setidaknya kali ini ia dapat sedikit bernapas lega ketika grafik monitor Aretha normal, meskipun tak menutup kemungkinan hal tersebut dapat terjadi kembali.

"Aretha ... bangun, sayang. Kamu nggak capek tidur terus dari bayi?" Rafa mengusap kepala Aretha yang terbalut perban putih tersebut. "Kamu tau, Satria tadi di sekolah marah-marah gara-gara ada yang tanya korban. Kamu tau siapa yang nanya? Nadia, sayang. Kamu nggak pengen balas perkataan dia dengan kata-kata kamu, hm?"

Hening beberapa saat ketika tak ada sahutan dari sang lawan bicara. Hanya ada suara dari monitor milik Aretha yang menggambarkan kondisi gadis itu untuk saat ini. "Bangun, sayang. Kamu nggak takut kalo aku selingkuh sama Nadia? Kamu selalu marah, 'kan, kalo aku deket sama anak cewek. Kamu bangun, ya, setelah itu marahin aku."

"Tha ... harus kayak gimana lagi aku minta kamu buat buka mata. Kamu tau bukan aku aja yang nunggu kamu, sayang. Mama, Papa, Kak Rio, Satria, semua orang nungguin kamu bangun sayang. Kamu bangun, yah."

Rafa mencium kening Aretha dalam. Tanpa sadar air mata laki-laki itu menetes di pipi Aretha. "Aku capek, Tha. Bangun, ya. Aku nungguin kamu di sini."

Rafa kemudian menumpukan kepalanya pada ranjang yang ditempati Aretha, kemudian laki-laki itu menuju ke alam mimpi.

-oOo-

Empat hari sudah sejak kejadian tersebut terjadi, dan tidak ada satu pun tanda-tanda Aretha akan membuka matanya. Tetapi, meskipun demikian, seluruh anggota keluarga atau pun sahabat selalu berharap agar Aretha cepat kembali sadar.

Seperti sekarang ini, seluruh kelas X IPA 1 kembali menjenguk Aretha ke rumah sakit dengan mwmbawa sebuah parsel buah di tangan Hani.

Bicara soal Hani, gadis itu lebih banyak diam dan menutup diri dari kelas. Suasana kelas yang dulunya ramai akibat perdebatan Aretha-Galen atau pun Aretha-Hani kini sunyi dan sepi.

"Tante," ucap Hani sambil menyalami Ibu Aretha.

"Hani. Nggak usah repot-repot bawa seperti ini segala. Mau masuk ke dalem?" tanya Erika dengan nada serak. Bahkan wajah perempuan paruh baya itu masih sembam karena kebanyakan menangis.

"Iya, Tante."

"Kalian masuk aja. Di sana juga banyak temen kalian, kok. Tante mau ke masjid dulu."

Setelah kepergian ibu Aretha, mereka semua langsung memasuki ruangan Aretha. Dulu Aretha memang ditempatkan di ICU, tetapi seiring keadaannya yang normal meskipun belum membuka mata, gadis itu sudah dipindahkan ke ruang inap biasa.

"Temen siapa yang di maksud Tante Erika, Han?" tanya Galen.

"Gue juga nggak tau."

Ceklek

Mereka langsung terdiam kaku ketika di dalam ruangan tersebut terdapat kakak kelasnya, atau lebih tepatnya para anggota OSIS. Tetapi yang lebih mengejutkan dari hal tersebut, Satria dan Rafa sama-sama tertidur dengan tangan yang saling berkontak fisik dengan Aretha.

"Eh, Hani. Sini-sini masuk," ucap Sandra. "Temennya Aretha, ya?"

"Iya, Tante," jawab mereka serempak.

"Duduk dulu sini. Rafa sama Satria sampe ketiduran di sini, dari tadi malem nggak tidur soalnya mereka."

Mereka semua langsung terkejut kecuali Hani. Bagaimana tidak, seorang ketua OSIS dan MPK yang sepertinya tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Aretha bisa sampai seperti itu mengkhawatirkan Aretha. Bahkan Nadia yang mengejar-ngejar Rafa tidak sampai mampu menembus dinding pertahanan Rafa.

"Mereka emang nggak pulang, Tante?" tanya Nadia penasaran.

"Nggak, Nak. Sejak Aretha sakit mereka sering tidur di sini bahkan." Sandra mengusap rambut Satria membuat laki-laki itu mengerjapkan matanya pelan. "Bangun dulu, ada temen-temen kamu itu."

Satria mengangkat kepalanya. Benar saja, ketika ia mengedarkan pandangannya langsung bertemu dengan banyaknya siswa dari Nevada di ruangan tersebut.

"Keadaan Aretha gimana, Tante?" tanya Laura setelah keheningan beberapa saat.

"Masih sama, sayang. Waktu itu pernah henti jantung sebentar. Tapi alhamdulillah dokter bisa balikin lagi," jawab Sandra sambil menepuk pipi Rafa. "Rafa, bangun dulu."

"Parah ya, Tante?" tanya Laura lagi. "Kita juga nggak tau gimana kronologinya soalnya."

"Tante nggak berani ngomong parah, Nak. Tapi sampe butuh beberapa kantong darah waktu itu."

Keheningan kembali melanda semua orang yang berada di ruangan itu. Mereka mengerjapkan matanya berkali-kali ketika melihat dua orang dingin, Rafa dan Satria bisa mengusap sayang dahi Aretha.

"Lo mandi sana, Raf!" ucap Satria yang hanya dibalas tatapan mata oleh laki-laki itu.

Ketika kaki Hani hendak melangkah ke brangkar, matanya terbelalak ketika tangan sahabatnya itu sedikit bergerak.

"Tangan Aretha, Tante!" seru Hani dengan wajah kaget.

Perlahan-lahan mata Aretha sedikit terbuka, meskipun belum sempurna. Gadis itu terus bergumam nama Rafa membuat Rafa langsung berdiri dari duduknya sambil mengusap kepala gadis tersebut.

"Raf-fa ...."

"Hey, Aretha. Kamu denger aku, 'kan? Coba ulang sekali lagi, ya? Kamu pasti bisa. Bangun, ya. Banyak yang nunggu kamu sadar, sayang."

Antara takut, gugup, serta senang mendominasi Rafa sekarang. Laki-laki itu bahkan sampai mengecup pelipis Aretha di hadapan banyak orang.

"Gue panggil dokter dulu. Sebisa mungkin lo ajak Aretha bicara biar dia bisa sadar."

Setelah Satria keluar, Rafa kembali mengajak bicara Aretha meskipun mata gadis itu kembali menutup.

"Hei, sayang, bangun! Jangan kayak gini lagi, ya. Kamu dengar aku, 'kan? Aretha! Aretha!"

Rafa terisak ketika pegangan tangan Aretha yang semula menguat kini kian melemah. Semua orang di sana bahkan sampai terkejut ketika melihat sisi lain dari seorang Rafa.

Nadia termangu di tempat. Apakah dirinya kini tidak lagi mempunyai kesempatan bersama Rafa sekarang? Apakah perjuangannya selama dua tahun akan sia-sia begitu saja karena hadirnya adik kelas yang baru saja memasuki kisahnya? Ataukah memang dirinyalah yang baru saja memasuki kisah dari mereka?

Bersambung

Aretha pending dulu ya uwunya. Capek manis terus, wkwk. Sebenarnya dah dapet castnya, tp ini ak up pke plsa sve. Mana bisa?!

Dahlah, semangat buat kaum muslim yang bentar lagi menyambut bulan Ramadhan.

Lopyu Ref. Jangan lupa sebarin cerita ini ke semua orang yang kalian kenal biar banyak yang baca, ya. Jangan lupa! Don't forget! Ojo lali yo, Rek!

Dada👏👏👏

My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang