"Rafa! Hei! Bangun!"Aretha menggoncang tubuh Rafa dengan sangat kuat. Dahi laki-laki itu bahkan sudah dipenuhi dengan bulir-bulir keringat.
Aretha terjungkal ke belakang ketika laki-laki itu terbangun malah menyerangnya dengan pelukan. "Aduh! Berat! Kenapa, sih?"
"Ini beneran kamu, 'kan? Kamu nggak mati, 'kan?" tanya Rafa sembari mengeratkan pelukannya. "Jangan bangunin aku, ya, kalo memang ini mimpi."
"Tunggu-tunggu! Kamu ngomong apa, sih? Nggak paham aku."
"Kamu mati Aretha! Di pukul sama maling! Aku minta maaf karena udah bentak-bentak kamu dan nyalahin kamu. Maafin aku karena aku nggak percaya dan nuduh kamu kalo kamu orang yang udah suruh seseorang buat perkosa Nadia. Maaf."
Kenapa topiknya harus ke Nadia, sih?
"Aku tau mungkin ini ruh kamu yang mau pamit ke aku. Tapi makasih banget kamu masih mau jenguk aku walaupun sebentar, sayang."
Aretha mendorong tubuh Rafa kemudian menarik gemas pipi laki-laki itu. "Yaudah, Rafa. Aku pergi dulu, ya. Kamu hati-hati di dunia. Aku bakal jagain kamu dari atas sana. Lebay! Ini dunia asli woy! Jangan bawa-bawa mimpi, hubby!"
Aretha mencium pipi Rafa dengan sangat gemas. Laki-laki itu bahkan masih linglung sampai sekarang. "Mimpi kamu serem banget, sih? Aku mati gitu, ya?"
"Ini beneran kamu, 'kan?!" tanya Rafa memastikan lagi. Aretha menampar pipi Rafa dengan sangat keras membuat laki-laki itu langsung menatapnya tajam.
"Mimpi apa nyata?!"
"Akhirnya!"
Laki-laki itu langsung mencium kening Aretha dalam. Aretha tersenyum sekilas ketika melihat betapa sayangnya suaminya kepadanya.
"Aku benar-benar nggak nyangka kalo hal itu beneran terjadi sama kamu, Tha. A-aku ... aku nggak tau lagi harus gimana."
Aretha mengusap pipi Rafa yang terdapat tetesan air mata dari laki-laki itu. "Aku di sini. Belum ninggalin kamu. Tenang aja, mimpi aku masih banyak kok. Harusnya kalo mati kamu dulu, nanti, 'kan, aku bisa cari yang lebih."
Rafa tak marah. Laki-laki itu malah mendekap tubuh istrinya dengan sangat erat sembari mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Terima kasih atas mimpi buruknya.
-oOo-
Rafa termenung di sofa ruang keluarga mertuanya. Dirinya benar-benar tak menyangka semua itu hanyalah mimpi. Bahkan semuanya terasa sangat-sangat asli dalam mimpi tersebut.
"Ngelamun hayo? Mikirin apa?" tanya Aretha sambil membawa setoples makanan ringan. "Raf, delivery, sih. Males mau masak."
"Emang nggak ada makanan?" tanya Rafa sambil mengambil keripik Aretha.
"Ada, sih ... tapi nggak enak aja."
"Mau apa?" tanya Rafa sambil mengusap rambut Aretha.
"Eh, aku lihat kamu nggak pernah kerja dapet duit dari mana, Raf? Jangan-jangan ... minta Papa lagi," tuduh Aretha dengan mata menyipit.
"Nethink mulu," jawab Rafa sambil menarik hidung Aretha.
"Terus?"
"Kadang ngerjain proposal perusahaan, ada saham juga di kasih sama Papa waktu menang lomba itu. Waktu itu, 'kan, aku nggak ada niatan belajar. Cuman nungguin kamu di RS."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Hubby (END)
Teen FictionPrivate acak Follow dulu sebelum baca! Tepi-tepi! Uwuphobia diharap mundur‼️‼️ Disarankan baca ini di tempat sepi. Nanti dikira kenapa-napa gara-gara senyum-senyum sendiri. Blurb Gimana ya rasanya kalau kita sebenernya dekat bahkan punya hubungan sa...