Bab Sembilan

5.5K 427 2
                                    

VCS Ref!
Gratis tanpa dipungut biaya.


Sudah setengah jam berlalu tapi Aretha belum juga mendapatkan ide tentang apa yang akan ia gambar.

"Raf, gambar apa ya?" tanya Aretha lirih.

Rafa yang sedang memperhatikan papan tulis langsung menoleh ke arah gadis yang sibuk memainkan pensilnya.

"Sesuka kamu, Tha."

"Tapi aku nggak suka gambar!" jawab Aretha penuh penekanan.

Aretha membentuk pola abstrak di kertas gambarnya. Tangannya bolak-balik menggambar kemudian kembali menghapus membuat siapa pun yang melihatnya akan jengah sendiri.

"Teringat masa kecilku.
Kau peluk dan kau manja.
Indahnya saat itu.
Buat 'ku melambung di sisimu.
Terngiang hangat napas segar.
Harum tubuhmu.
Kau tuturkan segala.
Mimpi-mimpi serta harapanmu."

Rafa langsung menolehkan kepalanya ketika gadis di sampingnya malah bersenandung dengan pandangan mata yang kosong.

Namun sepertinya tak hanya Rafa yang menoleh ke arah Aretha. Tetapi keempat teman laki-laki itu mulai menoleh ke arah gadis yang mulai menggoreskan pensilnya ke kertas gambar.

Aretha menggambarkan dua buah segitiga yang berlawanan arah. Gadis itu mulai menggambar sebuah bukit di dalam segitiga itu.

"Lo gambar apa, Tha?" tanya Satria penasaran.

"Yang pastinya bukan badak," jawab Aretha asal.

Satria mendengus, kemudian kembali fokus ke depan daripada meladeni Aretha yang malah membuatnya naik darah.

Aretaha menggores pensil ke dalam segitiga itu sampai tidak memperhatikan jika pak Eko berjalan ke arah dirinya.

Gadis itu terlalu fokus dengan dunianya, hingga tak menyadari jika seluruh pasang mata di kelas berpusat pada dirinya yang sedang menggambar.

Hingga akhirnya sentuhan terakhir Aretha buat untuk memperindah gambarnya, membuat gadis itu tersenyum puas.

"Ya Allah, Pak!" Aretha tersentak kaget ketika matanya langsung disuguhkan dengan pak Eko di depannya.

"Udah?" tanya pak Eko.

"Udah, Pak. Tapi nggak tau bagus apa nggak," jawab Aretha.

"Coba lihat."

Aretha menyerahkan kertas gambar itu ke guru seni budaya. Aretha harap-harap cemas ketika gurunya masih memandang gambarannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Menurut kalian gambaran seperti ini bisa ikut FLS2N, nggak?"

Guru tersebut memamerkan gambaran Aretha membuat sang empunya gambar menelungkupkan mukanya malu.

Guru tersebut memamerkan gambaran Aretha membuat sang empunya gambar menelungkupkan mukanya malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Perfect Hubby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang