PART 26

1.3K 133 159
                                    

Vino masih saling bertatapan dengan Shani, rindu, kecewa, marah dan lelah seolah berkecamuk di kedua bola mata mereka. Shani bahkan sampai mengepalkan tangannya ketika Vino menanyakan hal yang tak pernah Shani bayangkan. Ia menatap lamat-lamat mata Vino dengan nafas yang terengah. Shani bahkan seolah tak peduli saat orang-orang melirik ke arahnya. Bagaimana bisa seorang Dokter yang masih mengenakan jas dokternya itu, kini bertatapan dengan seorang lelaki yang merupakan pasiennya.

"Why are you staring at me like that?" Tanya Vino dengan suaranya yang berat.

"Kenapa kamu menyebalkan sekarang, Vin?"

"Lalu? Ruginya apa buat kamu kalo aku menyebalkan?"

Shani mengerutkan keningnya, suara giginya terdengar saling beradu. Ia benar-benar dibuat kesal dengan jawaban Vino sekarang. Lelaki yang selama ini mengejarnya, kini kembali menjadi sosok Vino yang menyebalkan dan bahkan berkali-kali lipat lebih menyebalkan dari sebelumnya.

"Ga ada, never mind" Shani langsung membalik tubuhnya dan berjalan meninggalkan Vino begitu saja.

"Kamu yang minta aku pergi, kamu yang minta aku cari kebahagiaan sendiri dan move on dari kamu. Sekarang aku udah turutin apa yang kamu mau, tapi kenapa kamu ga bisa terima?" Shani kembali menoleh ketika Vino mengatakan hal tersebut, ia menghentikan langkah kakinya. Mata Shani kembali menatap Vino dengan begitu dalam.

"Aku ga habis pikir kenapa kamu bisa ngomong kaya gitu" ucap Shani yang kini kembali mendekat pada Vino.

"Aku juga ga habis pikir kenapa kamu bisa nuduh aku macem-macem cuma karena aku deket sama Chika"

Mendengar nama itu Shani langsung menarik tangan Vino dan membawa Vino memasuki lift. Tanpa banyak bicara, Shani langsung membawa Vino ke lantai teratas Rumah Sakit ini. Mereka kini berdiri di lantai 38 Rumah Sakit itu, angin yang sangat kencang membuat rambut Vino dan Shani sama-sama berkibar tertiup angin. Juga jas Dokter yang masih Shani kenakan benar-benar dibuat berantakan oleh deru angin disana.

"Kenapa kamu ngajak aku kesini?"

"Aku ga mau jadi pusat perhatian orang"

"Kenapa kamu marah saat aku bahas Chika?"

"No! Aku ga marah kamu bahas Chika!" Suara mereka terdengar seperti tengah berteriak demi bisa bertarung dengan suara angin yang kencang.

"Kamu ga suka sama dia?"

"Kamu ngaco Vin! Chika itu adiknya Chiko, mana bisa aku ga suka sama dia!"

"Tapi kamu ga suka kan saat Chika deket sama aku?"

"Aku tanya sama kamu sekarang, apa tujuan kamu deketin Chika?" Shani maju beberapa langkah hingga kini ia benar-benar berhadapan dengan Vino. Matanya kembali menatap tajam Vino seolah mengirim banyak ancaman agar Vino bisa berkata jujur.

"Maksud kamu apa?"

"Ya tujuan kamu deketin Chika apa? Deketin adik dari pacar aku itu, apa?" Shani masih menatap tajam Vino, tapi kini Vino tak gentar. Ia tak lagi luluh dengan tatapan mata itu, ada kekecewaan dari diri Vino ketika mendengar setiap tuduhan yang dilemparkan Shani padanya.

"Apa menurut kamu, jalan hidup aku itu selalu bergantung sama kamu? Pilihan aku itu selalu dipengaruhi sama hidup kamu?" Vino ikut melangkahkan kakinya dan menatap tajam Shani dengan jarak yang benar-benar dekat.

"ENGGA SHAN! GA SEMUA HIDUP SAYA BERGANTUNG SAMA APA YANG KAMU JALANIN! GA SELAMANYA AKU PEDULI SAMA PILIHAN HIDUP KAMU SEKARANG!" Untuk pertama kali seumur hidupnya, Shani melihat Vino membentaknya dengan sangat keras tepat di depan mata Shani.

Adu RayuWhere stories live. Discover now