PART 41

1.6K 127 156
                                    

Kenangan dan kehilangan
Memisahkan antara aku dan kamu
Gelisah di hatiku dan sorot lelah di matamu
Kita dipisah oleh waktu

Seorang petualang kehilangan rumahnya
Sebuah rumah kehilangan pemiliknya
Akhirnya semua tiba pada suatu hari yang menyakitkan
Kita sama-sama kehilangan

Apakah  akan terulang lagi segala sesuatu seperti dahulu?
Kamu yang selalu menyiapkan sarapan pagi
Menungguku menghabiskan secangkir kopi
Seraya memasangkan dasiku

Hujan kembali turun di langit Adelaide
Kau dan aku masih duduk terdiam
Menatap kabut yang menutup kota sepi ini
Meresapi belaian angin yang membuat kita membeku

Apakah akan selalu seperti ini?
Kau menyandarkan kepala di bahuku
Aku mendekap tubuhmu
Kita saling menggenggam tangan dengan begitu mesra

Apakah aku masih bisa mendengar detak jantungmu?
Memejamkan mata kala tangan lembutmu mengelus pipi
Menghela nafas dalam kala wangimu menyeruak di rongga pernafasan

Kita mudah melepaskan banyak hal
Kita mudah melupakan ingatan
Tapi tidak dengan cinta

Vino Tanaka Persada

Vino memandangi Shani yang kini tengah menghabiskan secangkir susu hangatnya. Setiap gerak-gerik perempuan itu tak pernah luput dari pengawasan Vino. Ada sesak di dada Vino ketika melihat Shani tersenyum padanya, ia sadar jika hari ini mungkin menjadi hari terakhirnya bisa sedekat ini dengan Shani. Vino sudah memutuskan untuk mengakhiri ini semua sejak lama, tapi entah kenapa ia tiba-tiba mendapat kesempatan untuk menikmati satu hari bersama perempuan ini. Perempuan yang senyumannya bisa membuat setiap syaraf di otak Vino seperti putus satu persatu, ia hanya bisa membalas senyuman itu dengan samar.

"Habisin" ucap Vino seraya mengelus tangan Shani yang kini kembali memotong wafelnya.

"Kamu mau? Nih aaa" Shani menyodorkan wafel itu pada Vino yang akhirnya membuka mulut untuk menerima suapan dari Shani.

"Makasih ya" Vino tersenyum, tangannya lantas mengelus lembut lembut kepala Shani hingga membuat Shani memejamkan matanya.

"Wafelnya enak" Shani cepat-cepat mengalihkan suasana, ia mengacungkan wafelnya pada Vino sebelum akhirnya kembali menyuapkan wafel itu ke mulutnya sendiri. Berada di dekat Vino memang benar-benar menenangkan, tapi dalam kondisinya saat ini semua itu terasa begitu salah.

"Sorry" Vino menangkat bahu Shani lalu menyeka coklat yang tersisa di bibir Shani dengan jarinya, gerakan jari Vino sangat lembut hingga membuat Shani benar-benar meleleh dibuatnya.

Shani menyimpan garpu dan pisaunya di atas piringnya, ia kini menatap Vino lamat-lamat. Hatinya sangat lara hari ini, tak bisa ia pungkiri lagi sikap Vino dan tatapan sendunya benar-benar membuat Shani tenang. Berbulan-bulan Shani kehilangan Vino tanpa jejak sama sekali dan itu terasa begitu menyakitkan. Hari ini, Vino benar-benar menemaninya seharian, mereka menghabiskan waktu dengan lebih banyak tawa dibanding air mata, lebih banyak perhatian dibandingkan perdebatan, dan itu membuat Shani merasa ada sesuatu yang 'kembali' di hatinya. Untuk kehilangan hal itu, bukanlah perkara mudah bagi Shani maupun Vino.

"Besok....kamu pulang" ucap Vino yang memecah keheningan diantara keduanya.

"Iya, kamu?"

Adu RayuWhere stories live. Discover now