PART 18

1.1K 115 181
                                    

Setelah sarapan di atas bukit dan menjadi sarapan paling menakjubkan bagi Shani seumur hidupnya, kini perempuan itu memilih menyendiri di cabinnya. Menerjemahkan segala sikap Vino saat ini memang melelahkan, melihat bagaimana lelaki itu begitu manis dan romantis benar-benar membuat perasaan Shani berantakan. Bagaimana tidak, Vino datang di saat Shani tak mungkin lagi menggapainya meskipun Vino sudah memperlihatkan bagaimana perasaannya. Rasanya Shani kini ingin berteriak sekencang mungkin untuk menumpahkan seluruh perasaannya, tapi yang bisa ia lakukan hanyalah terdiam merenung di cabinnya.

"Shan" Suara Vino memecah keheningan yang Shani ciptakan sendiri.

"Iya Vin?"

"Ada pisang goreng nih, yuk"

"Iya bentar Vin" Shani cepat-cepat menyeka matanya yang basah sebelum ia bangkit dan keluar dari cabinnya.

"Habis tiduran ya? Capek?" Tanya Vino seraya tersenyum.

"Iya pegel dikit hehe" Shani mencoba bersikap setenang mungkin, ia mengalihkan perasaannya dengan langsung mencomot pisang goreng yang dibawakan Vino.

"Masih panas itu hati-hati, sini sini" Vino menyimpan piring yang ia bawa dan menarik pisang goreng dari tangan Shani. Ia langsung memotong pisang goreng itu hingga mengeluarkan asap panasnya.

"Nih aaaa" setelah memastikan tidak sepanas tadi, Vino langsung menyuapkan pisang goreng itu ke mulut Shani yang hanya bisa pasrah menerimanya.

"Makasih" ucap Shani pelan dan kini ia langsung beranjak ke tempat lain, ia tidak ingin terus meromantisasi masa lalu seperti tadi.

Shani memilih duduk di beanbag yang berada di deck bagian atas kapal itu. Ia kembali menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata, kini bayangan tentang Chiko muncul di kepalanya. Wajah tampannya benar-benar jelas muncul di benak Shani, juga bagaimana manis dan baiknya sikap Chiko padanya selama ini. Berada di kapal ini bersama Vino sama saja seperti mengulang kesalahan Shani sebelumnya, ia tidak ingin kembali jatuh cinta pada lelaki lain saat dia memiliki hubungan bersama yang lain.

Vino yang datang ke tempat itu langsung memilih duduk di samping Shani. Ia juga memasangkan kacamata hitam ke mata Shani yang sedari tadi berusaha menghalau cahaya matahari.

"Eh" Shani terkejut ketika tiba-tiba saja ada kacamata di matanya.

"Panas banget, perih nanti mata kamu"

Shani akhirnya menegakan tubuhnya dan menoleh pada Vino yang kini duduk di sampingnya seraya membuka ipadnya. Melihat Vino fokus pada ipadnya benar-benar membuat Shani teringat masa-masa saat mereka masih bersama. Masa dimana Shani seringkali menemani Vino bekerja, bahkan seringkali Shani harus membereskan laptop atau ipad Vino saat Vino ketiduran karena lelah bekerja.

"Ada kerjaan Vin?" Tanya Shani.

"Engga, ini aku liat foto-foto pas kita liburan di Swiss waktu itu lucu ya haha" Vino tertawa, tapi Shani justru menghela nafasnya. Ia tidak habis pikir jika kini Vino kembali mencoba untuk menghadirkan kenangan mereka.

"Ngapain diliatin Vin?"

"Ya gapapa, lucu aja dulu kamu masih kuliah nih"

"Masih bocah ya"

"Iya haha tapi bagus deh Shan pas kamu rambutnya sebahu gini, ga mau gini lagi?"

"Gak makasih"

"Hahaha galak banget, iya jangan deng"

Shani sedari tadi menahan untuk tidak kepo dengan foto-foto yang sedang dilihat Vino. Ia tidak ingin ikut terlarut mengenang masa lalunya bersama Vino.

Adu RayuWhere stories live. Discover now