PART 50 - Sampai Jadi Debu

2.4K 138 97
                                    

Hari demi hari terus berlalu, Shani masih terus berusaha melawan penyakitnya dengan melakukan berbagai pengobatan. Berat memang menjalani semua itu, terkadang Shani merasa begitu lelah, tapi setelahnya Shani sadar jika ia memiliki suami yang selalu mendukungnya dengan begitu tulus dan tak mengenal lelah. Maka bagi Shani rasanya tak adil jika ia tetap mengeluh sementara Vino sendiri tak pernah mengeluh sama sekali. Semangat Shani dan dukungan yang diberikan lingkungannya membuat Shani bisa bertahan melebihi waktu yang sudah diprediksi oleh Dokter. Shani bahkan merasa akhir-akhir ini ia lebih sehat dari sebelumnya. Bahkan sudah dua minggu ke belakang Shani mengijinkan Vino untuk pergi ke kantor.

Hari ini, sepulang dari kantornya Vino terpaku di depan meja makan, ia berdiri di tempat itu dan memandangi Shani cukup lama. Shani hari ini terlihat begitu cantik, setelah berbulan-bulan mungkin ini kali pertama Shani mengenakan make up. Wajahnya terlihat lebih segar dari biasanya. Hampir satu tahun Shani memang seperti kehilangan separuh semangatnya ketika ia divonis kanker otak, namun entah kenapa Shani hari ini terlihat begitu cantik dan penuh semangat. Ia bahkan tak terlihat seperti pengidap sakit berat, dia terlihat begitu sempurna dengan rambutnya yang kini sudah mulai tumbuh kembali.

"Hai cantik banget sih kamu" Vino langsung memeluk istrinya dari belakang yang sedari tadi sibuk menyiapkan makan malam di meja.

"Hai sayang udah pulang, iya dong istri siapa dulu" jawab Shani dengan semangat, senyumannya benar-benar membuat Vino lemah.

"Istri aku lah, istri siapa lagi!" Jawab Vino tak kalah semangat  "eh Clai mana sayang?" tanya Vino seraya menoleh ke sekeliling rumahnya dan mencari keberadaan Claire.

"Oh iya dia tadi dijemput Ayah sama Bunda aku, katanya mau nginep disana" jawab Shani.

"Oh gitu, kita berdua doang sekarang kaya pengantin baru hahaha" goda Vino sambil mencolek perut Shani, Shani hanya melirikan matanya lalu tertawa melihat kelakuan suaminya.

"Kamu mending sekarang mandi Mas, nanti abis shalat kita makan bareng"

"Oke deh Sayangku, mandinya bareng ya Sayang"

"Hemmm gimana yaaaa"

"Kamu belum mandi kan? Yuk" Vino mengedipkan matanya hingga membuat Shani tertawa puas, suaminya terlihat seperti om-om genit yang sedang menggoda simpanannya.

Setiap harinya, Vino selalu memilih untuk mandi bersama Shani. Ia selalu menyamarkan membantu Shani seperti itu dengan sikap genitnya yang menggoda Shani dan merengek meminta mandi bareng bersama Shani. Vino hanya tak ingin Shani merasa dirinya lemah.

"Sini-sini Sayang" Vino mengulurkan tangannya untuk menuntun Shani masuk ke bath tub.

"Kenapa sih kamu selalu minta mandi bareng? Takut aku ga bisa mandi sendiri ya?"

"Engga lah, kamu kan uda gede bisa mandi sendiri. Aku emang pengen mandi bareng kamu aja yeee, enak"

"Enak apanya dih?" Shani langsung melotot ke arah Vino.

"Ya enak mandi bareng kamu, sini aku pengen peluk" Vino menarik Shani agar duduk di bath tub dan bersandar ke dadanya. Dengan posisi seperti ini Vino dengan leluasa bisa memeluk Shani dari belakang. Saat-saat seperti ini selalu terasa begitu hangat, dimana Vino terlihat sabar menggosokan sabun ke punggung Shani, meskipun hati Vino hancur ketika merasakan tulang di punggung Shani yang begitu menonjol, tubuh Shani memang nampak semakin kurus. Vino dengan lembut menelusuri punnggung Shani dengan telunjuknya, semakin lama rasa ngilu di dadanya semakin jelas terasa.

"Kamu kenapa? Nangis?" Shani yang mendengar sayup-sayup Vino menangis langsung menoleh.

"Engga, perih tadi kamu cipratin sabun kena mata aku"

Adu RayuWhere stories live. Discover now