PART 2

2.1K 163 195
                                    

Hai Jakarta, apa kabar? Apa kamu merasa aneh dengan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini? Ah bukan tentang kemacetan atau hingar bingar party disepanjang Senopati, itu hal yang biasa dan tidak perlu merasa aneh. Ada hal aneh yang terjadi beberapa hari ke belakang, bahkan lebih aneh dibandingkan Jakarta yang terasa dingin malam ini. Iya, cincin yang kini tersemat di jari manisku ini adalah bukti dari suatu keanehan yang terjadi kemarin. Setelah tujuh tahun menjalin hubungan, akhirnya dengan tanpa paksaan sedikitpun dia membahas tentang keseriusan hubungan kami. Hal yang jelas dulu sangat ia hindari, menurutnya menikah itu adalah proses paling rumit untuk dibahas. Mungkin lebih tepatnya, menikah baginya hanya akan menambah beban dan mengganggu pekerjaannya. Ok never mind, Tuhan maha membolak balikan hati manusia kan? Mungkin sesuatu sudah mengubah mindset lelaki yang aku kenal hampir sewindu itu.

Aku sadar satu hal, jika ternyata apa yang orang lihat terkadang tidak sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Aku, dengan segala yang terjadi pada hubungan inni sepenuhnya sepakat akan pernyataann tadi. Menurut orang-orang, hubungan kami sangat manis, bahkan banyak orang berkata jika kami adalah relationship goals. Tapi tidak banyak orang yang tau berapa banyak pertengkaran yang terjadi dalam hubungan ini. Entah berapa ratus kali kami saling menyakiti dan tersakiti, entah berapa banyak air mata yang akhirnya keluar sia-sia. Entah berapa kali kata maaf kita ucapkan dari bibir satu sama lain, kata maaf seolah menjadi kata paling mujarab untuk mengembalikan keadaan. Menganggap pertengkaran itu selesai dan kita kembali berpelukan seraya menghapus air mata satu sama lain, tapi nyatanya kita lupa satu hal. Iya kita lupa jika sesuatu yang sudah rusak tidak akan pernah kembali baik seutuhnya, ia tidak akan pernah sama seperti semula.

Mineko Iwasaki, seorang Geisha paling terkenal sepanjang sejarah Jepang hingg Arthur Golden tertarik menuliskan kisahnya dalam bukunya yang berjudul Memoirs of a Geisha. Perempuan itu mengatakan bahwa stab the body and it heals, but injure the heart and the wound lasts a lifetime. Aku setuju, luka ditubuh bisa disembuhkan dan dengan teknologi dermatologi saat ini luka ditubuh bisa dihilangkan tanpa bekas sedikitpun. Tapi luka dihati akan berbekas selamanya seumur hidupmu. Meskipun kita bisa menerimanya, tapi tidak bisa dipungkiri jika luka itu akan tetap ada, selamanya.

Tapi, bukankah hidup memang memiliki peluang untuk terluka? Menurutku, setiap orang memiliki lukanya sendiri. Pilihan mereka lah yang menentukann untuk bertahan seraya menyembuhkan atau pergi menghindar. Lalu aku memilih apa? Ya aku memilih untuk bertahan, karena bagiku waktu tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat. Pun selama perjalanan panjang itu, tidak selamanya aku kita saling menyakiti. Tidak seharusnya aku naif dengan mengesampingkan kebahagiaan yang kita rasakan juga.

Ya kenalkan, aku Shani Indira Natio, seorang Dokter yang tidak pernah memilih profesi ini sejak dulu. Aku tidak pernah ingin menjadi seorang Dokter, apa yang aku dapatkan saat ini adalah sebuah wujud bakti seorang anak pada orang tuanya. Tidak, jangan berpikir itu hal yang buruk. Tidak selamanya hal yang tidak kita inginkan itu buruk bagi kita, toh pada akhirnya aku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada pekerjaan ini. Dari pekerjaan ini aku sadar jika bahagia itu sederhana, cukup dengan melihat senyuman pasien-pasien dan melihat perkembanngan kesehatan mereka saja aku sudah merasa bahagia, energi positif mereka benar-benar bisa mereka transfer padaku.

Aku ingin bercerita tentang hal yang mungkin sulit dipahami orang lain, jika pada kenyataannya memilih untuk menjadi pasangan kekasihku sekarang ini tidaklah mudah. Mendampingi seseorang yang memiliki ambisi tinggi dalam segala hal dalam kehidupannya benar-benar suatu hal yang berat. Tapi dengan mencintainya, artinya aku harus mencintai seluruh hal di dalam dirinya, termasuk sifat ambisius, keras kepala, cuek, kaku, dan perfectionnistnya. Aku pernah bertanya padanya, apa sih yang menjadi kelebihannya. Kalian tau apa jawabannya? "Aku bisa bikin orang susah move on, dalam hal apapun". Wah percaya diri sekali pikirku, dan cenderung sombong. Tapi pada akhirnya tanpa aku menyetujui hal itu lewat kalimat, bertahan dengannya selama tujuh tahun setelah berkali-kali hampir pergi adalah bukti dari ucapannya tadi.

Adu RayuWhere stories live. Discover now