PART 34

1.2K 130 189
                                    

Puter dulu deh medianya, dengerin lagunya baik-baik sebelum baca ya. Eh atau dengerin terus deh diulang sampai akhir tulisan ini hahaha

Tidak ada yang lebih naif dari manusia yang sedang sendiri. Dikuatkannya pikiran dan hati dalam rangka untuk percaya diri. Perilaku turut berubah agar sekitar tidak mati sunyi. Banyak menyangkal dan berlindung di kalimat " aku tidak apa-apa, ini hanya upata untuk berserah diri".

Orang mau membantu, ditolak setengah mati. Satu hilang, dua pergi, tiga datang, yang keempat menjadi apati. "Masalahku bukan masalahmu" katanya, kalian tidak usah peduli. Tapi saat mereka pergi, diri sendiri menjadi hilang kendali.

Naif memperbanyak diri ketika ditabrak konsep bahagia. Menjadi angkuh, bahagia bukan tanggung jawab siapa-siapa. Tapi jungkir balik memperjuangkan orang lain punya. Sampai lupa hidup bukan hanya hitam putih saja.

Jangan susah hati membantu kenaifan yang ingin abadi. Banyak cara lain untuk membantu tanpa sakit harus dilewati. Tidak perlu menyiksa diri saat sang naif masih berdiri. Percaya saja, suatu saat si subjek akan kembali. Atau justru malah mati.

Tiga bulan sudah berlalu sejak pertunangan Chika dan Vino, banyak hal yang berubah dalam hidup Vino. Kehadiran keluarga barunya memang memberikan kebahagiaan yang besar untuk Vino tanpa ia sadari, tingkah polos Christy yang menggemaskan, tingkah absurd Chika, perhatian Mama tirinya, usaha sang Papa untuk mendekatkan diri, hingga Chiko yang semakin lama semakin terbuka padanya. Tapi Vino kini justru ingin memutus semua itu, ia menolak secara perlahan empati dan perhatian dari orang-orang yang mencintainya. Menolak anggapan orang bahwa ia tengah merasa sepi, justru kini Vino memilih untuk pergi.

"Lu yakin mau pergi?" Tanya Dyo seraya melihat Vino membereskan baju-bajunya ke koper.

"Iya Yo, gue yakin kok lu bisa pegang firma kita disini. Gue biar kerja di Bali"

"Vin, bukan masalah itu. Gue ga yakin ngelepas lu sendirian disana"

"Loh emang gue kenapa? Gue gapapa kan?"

"Persetan, bohong aja terus Vin"

"Bohong apa sih?"

"Ya lo terus aja bohongin diri sendiri Vin, mau sampai kapan?"

"Bohongin apa?"

"Lu selalu bilang lu gapapa, tapi itu semua bohong"

"Ya anggap aja itu doa, lu tinggal aminin"

"Itu bukan doa, itu ego lu. Selama ini lu tuh cuma onani sama pikiran dan ego lu sendiri, lu puasin itu semua padahal enaknya cuma seasaat"

Vino terdiam, ia tak menjawab sedikitpun ucapan dari Dyo yang sedari tadi memang emosi saat tahu Vino akan pindah ke Bali. Gila memang, cinta bisa membuat seorang Vino meninggalkan posisinya sebagai arsitektur dengan banyak job di Jakarta. Cinta berhasil melemahkan segala nalar Vino dan menjadikannya manusia tanpa arah tujuan yang jelas.

"Istri lu apa kabar Yo?"

"Ga perlu alihin obrolan, kabar istri gue ga penting buat lu"

"Yaudah apa yang penting? Project rumah yang di BSD udah kelar?"

"Sakit lu Vin"

"Kenapa sih?"

"Lu tuh sakit! Berusaha baik-baik aja kaya gini ga bikin lu terlihat kuat Vin, liat lu sekarang, berantakan!"

Adu RayuWhere stories live. Discover now